Kisah Inspiratif dari Pengawasan Pembangunan Politeknik Tanah AIR
Oleh Hendra Saputra dan Ali Aminulloh (Pengawas Pembangunan Politeknik Tanah Air)
lognews.co.id - Di jantung kawasan Ma’had Al-Zaytun, sebuah pembangunan monumental tengah digerakkan: Politeknik Tanah AIR (Al Zaytun Indonesia Raya). Lebih dari sekadar mendirikan gedung-gedung perkuliahan, proyek ini mengusung sebuah filosofi mendalam yang menjadi denyut nadinya: Nahniyah atau Kekitaan.
Konsep Nahniyah ini tidak berhenti pada jargon. Implementasinya terlihat nyata, mewujudkan sebuah proses pembangunan yang melibatkan seluruh elemen, bukan hanya tim teknis semata. "Kekitaan" diwujudkan melalui sistem pengawasan partisipatif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk para Koordinator Walinsantri (wali murid).

(Pengawas tetap semangat di lokasi pembangunan)
Setiap pekan, mereka turun langsung ke lapangan. Mereka menjadi mata dan telinga kolektif, memastikan bahwa pembangunan berjalan sesuai rencana, baik dari sisi teknis maupun semangat. Pada jadwal Jumat, 5 Desember 2025 ini, tim pengawas yang bertugas adalah Rudiyanto, S.E., S.Sos., MP., T. Dwi Hananto, S.Sos., Hamsasmi, S.AP., MM., dan Hendra Saputra S.I.P SH., MM. Kehadiran mereka menegaskan bahwa proyek ini adalah milik bersama, tanggung jawab kolektif seluruh Keluarga Besar Al-Zaytun.
Etos "Ihsan": Kesadaran yang Melahirkan Ketangguhan
Ketika mengamati dinamika di lokasi, para pengawas menyaksikan sebuah pemandangan yang jarang terlihat di proyek pembangunan skala besar lainnya. Etos kerja tim di lapangan—mulai dari operator alat berat hingga komandan lapangan—terasa luar biasa. Ini adalah kerja yang dilandasi dengan "kesadaran"; sebuah kesadaran yang melahirkan pribadi-pribadi tangguh.
Dalam kacamata spiritual, kesadaran ini disebut sebagai level "Ihsan". Seperti yang diajarkan dalam ilmu tasawuf, Ihsan adalah ketika seseorang melaksanakan tugas dan ibadah "seakan-akan Allah sedang melihat kita, atau seakan-akan kita sedang melihat Allah."
Inilah yang menjadi pembeda. Para petugas lapangan menjalankan mesin-mesin berat dengan cekatan, mahir, dan penuh tanggung jawab. Penulis berani menyebut, etos kerja tim pembangunan Politeknik Tanah "AIR" ini sulit dicari tandingannya, baik di level nasional maupun internasional.
Mereka semua ber-fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan), berpacu demi menampilkan hasil terbaik. Contohnya terlihat jelas: ketika mesin eskavator tiba-tiba mengalami trouble, operator tidak menyerah. Koordinasi cepat dengan bagian perbaikan dan perawatan mesin langsung dilakukan. Dalam waktu singkat, masalah teratasi, dan mesin kembali mengaum melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

(Dua unit Dump Truck sudah siap beroperasi)
Kompak, Fokus, dan Taat pada Komando
Semua pekerjaan terintegrasi dalam siteplan yang terkoordinasi dengan komandan lapangan, memastikan tidak terjadi miskomunikasi. Tim di lapangan menunjukkan ketaatan yang tinggi, bahkan ketika sedang 'nanggung' atau berada di puncak semangat kerja.
Salah satu momen yang disoroti adalah ketika hujan deras turun. Serentak, semua pekerjaan dihentikan. Ini adalah ketaatan murni pada perintah pimpinan—demi keselamatan petugas maupun aset mesin—bahkan saat jam kerja masih panjang. Kedisiplinan ini adalah cerminan dari pribadi yang meletakkan keselamatan dan ketaatan di atas semangat pribadi.
Sosok Team Work yang terbentuk sangatlah Kompak, Semangat, Fokus, dan Tangguh. Para pengawas melihat nol aktivitas yang tidak bermakna: tidak ada yang terhenti karena merokok, bermain gawai, atau mengobrol yang tidak substansial. Fokus mereka tertuju pada satu visi: Politeknik Tanah AIR harus berdiri megah.
Ketangguhan mental dan karakter ini tidak muncul begitu saja. Ia adalah buah dari pembinaan dan penyadaran yang tak pernah lelah diberikan oleh Syaykh Al-Zaytun dalam setiap kesempatan, dari Dzikir Jumat, Simposium, hingga qobliyah Jumat, bahkan langsung di lokasi kerja.
Memang, merubah mentalitas menuju kesadaran tinggi membutuhkan proses. Sebagaimana lirik dalam Hymne Politeknik Tanah “AIR” berbunyi: "Kesadaran tumbuhnya perlahan". Namun, kesabaran dan pembinaan yang konsisten telah membuat "pohon kesadaran" itu kini tumbuh menjulang tinggi bagi insan-insan di Al-Zaytun yang memiliki nurani sejati.

(Melanjutkan proses pengambilan top soil)
Pada akhirnya, pembangunan Politeknik Tanah AIR adalah wujud nyata dari Nahniyah (Kekitaan) yang didasari Ihsan (Kesadaran). Ini adalah proyek yang dibangun dengan jiwa gotong royong, melibatkan setiap lapisan, dan ditunaikan dengan semangat yang diyakini sebagai kunci keberuntungan tertinggi:
“Sungguh sangat beruntung orang yang beriman… yaitu orang-orang yang khusyuk dalam salat.” (Qod Aflahal Mu’minum…Alladzinahum ansholaatihim khoosi’uun)


