lognews.co.id – Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni 2025 berada di angka 117,8, naik tipis dari 117,5 pada Mei. Meski peningkatan ini relatif kecil, namun tetap mencerminkan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional, karena angkanya masih jauh di atas ambang batas optimis yakni 100.
Faktor Pendorong Peningkatan Keyakinan
Kenaikan IKK ditopang oleh dua komponen utama yaitu Indeks Kondisi Ekonomi saat Ini (IKE) yang meningkat dari 106,0 menjadi 106,7, menandakan bahwa masyarakat menilai kondisi ekonomi saat ini relatif membaik, dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sedikit mengalami penyesuaian dari 129,0 menjadi 128,9, yang mengindikasikan harapan masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan tetap stabil dan positif.
Kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa komponen seperti:
Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) yang naik ke angka 120,2
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG) naik menjadi 105,9, menunjukkan keberanian konsumen untuk berbelanja masih cukup tinggi
Meski demikian, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) tercatat stagnan di 94,1, yang menunjukkan bahwa sektor ketenagakerjaan masih menjadi perhatian serius dan belum sepenuhnya pulih.
Survei juga menunjukkan kelompok-kelompok konsumen yang paling optimistis:
Berdasarkan pengeluaran, konsumen dengan pengeluaran Rp 4,1–5 juta memiliki tingkat keyakinan tertinggi dengan IKK sebesar 117,8, disusul oleh kelompok pengeluaran lebih dari Rp 5 juta yang mencatat IKK 117,3.
Dari segi usia, konsumen usia 20–30 tahun menunjukkan optimisme paling tinggi (IKK = 122,1), diikuti kelompok usia 31–40 tahun (118,5) dan 41–50 tahun (117,9).
Berdasarkan wilayah, peningkatan signifikan terjadi di Medan, Makassar, dan Surabaya, sedangkan kota-kota seperti Semarang, Mataram, dan Palembang mengalami sedikit penurunan keyakinan.
Implikasi Ekonomi & Sosial
Optimisme konsumen pada Juni 2025 mencerminkan sentimen positif masyarakat menjelang tahun ajaran baru serta masa libur sekolah, yang lazimnya diiringi dengan peningkatan konsumsi rumah tangga. Meskipun demikian, beberapa indikator seperti ekspektasi penghasilan dan ketersediaan kerja masih fluktuatif, menandakan masih ada ketidakpastian di sektor riil dan pasar tenaga kerja.
Ekonom menilai bahwa IKK yang tetap berada di atas 115 adalah indikator sehatnya permintaan domestik, meskipun daya beli masyarakat kelas menengah bawah masih menghadapi tekanan dari harga barang kebutuhan pokok dan suku bunga.
Pemerintah diharapkan terus menjaga stabilitas harga, memperluas lapangan kerja, serta meningkatkan program perlindungan sosial agar keyakinan konsumen tetap terjaga dan tidak hanya bersifat sesaat. Selain itu, dukungan terhadap sektor UMKM dan kelancaran distribusi barang juga menjadi penentu penting agar konsumsi masyarakat tetap kuat sebagai penopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Meskipun peningkatannya tipis, lonjakan Indeks Keyakinan Konsumen di bulan Juni memberikan sinyal positif terhadap daya beli dan optimisme publik. Namun demikian, perhatian terhadap sektor ketenagakerjaan dan biaya hidup tetap diperlukan agar pertumbuhan konsumsi tetap inklusif dan berkelanjutan. (Sahil untuk Indonesia)