Thursday, 31 July 2025

Lomba Cerdas Cermat, Jadul tapi Mantul: Membangkitkan Semangat Belajar ala PKBM Al Zaytun

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Oleh Ali Aminulloh

Ketika mendengar “lomba cerdas cermat,” banyak yang mengernyit, menilai tradisi ini ketinggalan zaman. Namun di PKBM Al-Zaytun, kompetisi pengetahuan yang digelar dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke-80 justru menjadi wujud inovasi untuk menghidupkan budaya baca dan gairah belajar warga berusia di atas 45 tahun. Sabtu, 5 Juli 2025, Gedung Bazar PKBM Al-Zaytun dipenuhi semangat, tawa, dan tanya—semua berpadu dalam nuansa biru kebangsaan yang inspiratif.

Membangun Pendidikan Holistik dalam Kemasan Kompetisi

Pertandingan cerdas cermat dibagi tiga ranah utama: Sejarah Indonesia Populer, Pengetahuan tentang Al-Zaytun & PKBM, serta Matematika Praktis. Hartono, S.Pd., Menjelaskan, “Kami meramu soal bukan sekadar hafalan, melainkan kontekstualisasi tema kebangsaan, kecintaan almamater, dan aplikasi numerik sehari-hari.”

Menurut Prof. Dr. Triyono Bramantyo, Ph.D., pendidikan holistik harus menyeimbangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan format kuis debat ala calon presiden, lomba ini memfasilitasi kerjasama tim, literasi historis, dan kemampuan berhitung—semua dikemas agar relevan dan menyenangkan. Pendekatan humanistik semacam ini, ia tekankan, mampu menumbuhkan karakter peserta sebagai individu yang “berilmu dan berakhlak” dalam satu nafas kurikulum.

The Power of Emak-Emak: Keceriaan dan Kompetitif

Delapan regu dari Paket A, B, dan C bersaing dalam dua babak: penyisihan di tingkat kelas dan final di Bazar. Model soal rebutan menambah ketegangan, sedangkan momen ketika peserta terutama “emak-emak” penuh semangat tekan tombol jawab lalu mendadak lupa jawaban atau berekspresi gemas, menjadi magnet tawa penonton.

Dr. Ali Aminulloh, M.Pd.I., ME., memandang lomba ini sebagai “ibadah intelektual,” di mana proses tanya-jawab melatih keberanian dan kepercayaan diri sekaligus menumbuhkan kecintaan pada ilmu³. Di balik gelak tawa, tercipta ruang belajar yang ramah usia, mengukuhkan bahwa semangat mencari tahu tidak pernah lekang oleh waktu.

Hasil akhir memperlihatkan Kelas B1 keluar sebagai juara I dengan skor 450, diikuti B4 (170), B3 (160), dan A (150). Namun di atas angka pemenang, yang terpatri adalah keceriaan, kebersamaan, dan keyakinan bahwa belajar adalah hak setiap insan, tanpa batas usia.

WhatsApp Image 2025 07 15 at 13.12.54

Epilog: Biru Inspirasi—Menjejak Jejak Harapan

Lomba cerdas cermat PKBM Al-Zaytun membuktikan bahwa kompetisi bukan soal menang-kalah semata, melainkan ritme harmoni pendidikan holistik. Melalui nuansa biru—warna ketenangan sekaligus semangat nasionalisme—warga belajar menorehkan jejak harapan. Mereka melangkah pulang bukan hanya dengan skor di tangan, tapi juga rasa bangga, percaya diri, dan tekad menebar manfaat.

Dalam semangat moto Al-Zaytun—“Pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian menuju masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi”—lomba ini menjadi oase bagi mereka yang haus ilmu. Ketika biru langit menatap mereka pulang, tersimpan pesan agung: ilmu adalah lentera, dan setiap peserta adalah penjaganya.