lognews.co.id – Kementerian Kesehatan RI mengingatkan seluruh jemaah haji Indonesia untuk mewaspadai penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS) yang disebabkan oleh virus MERS-CoV. Virus ini diketahui dapat menular dari unta ke manusia dan telah ditemukan di sejumlah negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.
MERS adalah penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/ Severe Acute Respiratory Syndrome) dan penyakit Coronavirus-2019 (COVID-19).
Kemenkes mengimbau jemaah untuk:
- Selalu memakai masker di keramaian
- Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer
- Menghindari kontak langsung dengan unta dan produk olahannya yang mentah
- Mengonsumsi susu atau daging unta hanya jika sudah dimasak matang
- Menjaga kondisi fisik dan cukup istirahat selama menjalankan ibadah
Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Ditjen P2P Kemenkes RI, dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M, menegaskan pentingnya jemaah untuk segera melapor ke Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) bila terdapat gejala infeksi saluran pernapasan akut berat, seperti demam, batuk, dan sesak napas. Beberapa pasien juga mengalami diare, mual, atau muntah. Komplikasi serius yang dapat terjadi meliputi pneumonia hingga gagal ginjal
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Arab Saudi melaporkan pada 1 Maret hingga 21 April 2025 terdapat sembilan kasus terkonfirmasi positif MERS-CoV di wilayah Riyadh sebanyak delapan orang dan di Hail satu orang. Dari jumlah tersebut, dua orang dinyatakan meninggal dunia. Di antara kasus ini, tujuh di antaranya teridentifikasi di Riyadh, termasuk enam petugas kesehatan yang tertular infeksi nosokomial dari satu pasien terinfeksi yang mereka rawat.
“Meskipun kasus MERS-CoV ini tidak banyak dan terkendali di Arab Saudi, namun para jemaah dan petugas haji harus selalu waspada,” ujar dr. Mohammad Imran, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Kamis (15/5).
Lebih lanjut, Imran menjelaskan bahwa MERS-CoV adalah penyakit pernapasan serius yang disebabkan oleh virus corona. Penularan dapat terjadi melalui kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi, terutama unta, atau melalui droplet pernapasan dari manusia ke manusia.
Gejala umumnya meliputi demam, batuk, dan kesulitan bernapas, yang dapat berkembang menjadi komplikasi yang lebih parah. Ia menegaskan bahwa KKHI di Makkah maupun Madinah selalu siap siaga memberikan pelayanan medis bagi jemaah yang menunjukkan gejala infeksi pernapasan.
“Hindari kontak langsung dengan unta, termasuk foto dengan unta dan minum susu unta di peternakan ataupun tidak mengonsumsi produk olahan unta yang tidak terjamin kebersihannya. Kami imbau kepada jemaah untuk memakai masker saat di tempat keramaian. Lakukan pola hidup bersih dan sehat, pelihara kebersihan tangan dengan selalu cuci tangan sebelum dan sehabis beraktivitas,” imbuh Imran.
Penularan MERS-CoV terutama dari hewan ke manusia, namun juga dapat terjadi antar-manusia melalui kontak erat, baik di rumah maupun fasilitas kesehatan. Penularan lewat droplet juga memungkinkan di tempat ramai seperti pasar atau masjid.
Setibanya di Indonesia, seluruh jemaah haji akan melalui pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal scanner di bandara. Jika ditemukan gejala mengarah ke MERS-CoV, jemaah akan langsung diisolasi dan dirujuk ke rumah sakit.
Pemantauan kesehatan juga dilakukan selama 14 hari setelah kepulangan oleh dinas kesehatan daerah dan puskesmas setempat. (Amri-untuk Indonesia)