PEMILU
الأحد، 15 حزيران/يونيو 2025

Tarling, Seni Musik Tradisional Pantura yang Terus Bersinar Lewat Warisan Hj. Dariyah

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

lognews.co.id, Indramayu – Tarling, seni musik dan lagu tradisional khas pesisir Pantai Utara Jawa Barat, khususnya Indramayu dan Cirebon, terus menarik perhatian masyarakat dan wisatawan.

Menyatu didalam sejarah Indramayu menunjukkan kekayaan budaya yang dikembangkan oleh masyarakat setempat. Melalui sosok seperti Hj. Dariyah dan grup Cahaya Muda, tarling tetap hidup dan menjadi bagian penting dari identitas budaya Pantura Jawa Barat.

Awalnya hanya berupa nyanyian (kiser) yang diiringi gitar dan suling, tarling kini mengalami perkembangan dengan penambahan alat musik modern. Meski demikian, tarling klasik tetap diminati sebagai warisan budaya yang autentik.

Salah satu tokoh legendaris yang berjasa mengangkat tarling klasik adalah almarhumah Hj. Dariyah. Maestro tarling ini dikenal luas di masyarakat Indramayu sebagai pemimpin grup musik Cahaya Muda yang berdiri sejak 1969. Bersama suaminya, H.T. Makmun Ridwan, Hj. Dariyah membawa grup ini menjadi salah satu yang paling berpengaruh di wilayah Pantura hingga awal 2000-an.

Hj. Dariyah memulai kariernya sejak usia dini sebagai pesinden tarling dan dikenal sebagai komponis lagu-lagu Jawa Dermayonan yang masih populer hingga kini, seperti “Cibulan,” “Manuk Dara Sepansang,” dan “Enakan.” Selain menyanyi, ia juga aktif menciptakan drama tarling serta terlibat dalam seni sandiwara, wayang kulit, dan tayuban. Puluhan album kaset berisi drama dan lagu ciptaannya masih beredar luas, menjadi warisan budaya yang sangat berharga.

Peran Hj. Dariyah tidak hanya sebagai seniman, tetapi juga sebagai guru seni yang melahirkan banyak sinden dan seniman tarling generasi penerus. Meskipun telah meninggal dunia pada 2011, karya dan pengaruhnya tetap hidup dan menginspirasi para penggemar serta pelaku seni tarling hingga saat ini.

Grup Cahaya Muda yang dipimpinnya menjadi simbol kejayaan tarling klasik di Indramayu dan sekitarnya. Keberhasilan grup ini membuktikan bahwa seni tradisional mampu bertahan dan beradaptasi di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.

Sejarah dan Asal Usul Tarling serta Indramayu

Tarling sendiri merupakan gabungan dari dua instrumen utama, yakni gitar dan suling (seruling). Seni musik ini tumbuh subur di wilayah pesisir Pantura Jawa Barat, terutama di Cirebon dan Indramayu.

Sementara itu, Indramayu memiliki sejarah panjang yang berakar dari Kesultanan Dermayu, yang didirikan oleh Raden Ali Wirasamudra pada tahun 1478. Kerajaan Islam Dermayu secara resmi berdiri pada 27 Oktober 1527 setelah mendapat pengakuan dari Raja Arya Damar, penguasa Kerajaan Palembang. Nama “Dermayu” berasal dari kata “Darma,” yang merujuk pada agama Khonghucu yang dianut penduduk lama Indramayu pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi, sebelum berdirinya Kerajaan Islam Dermayu.

Penduduk awal Dermayu didominasi oleh masyarakat Tionghoa dan termasuk salah satu desa tertua di wilayah tersebut setelah Gumi Hwang dan Junti. Setelah runtuhnya Kerajaan Dermayu pada 1776, wilayah ini kemudian dibentuk kembali menjadi Karesidenan Indramayu pada tahun 1890 oleh Raden Purbadinegara I, yang kemudian dilanjutkan oleh Raden Purbadinegara II sebagai Resident Tionghoa Indramayu. (Amri-untuk Indonesia)