lognews.co.id – Di tengah gempuran zaman modern, masyarakat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, masih setia menjaga tradisi budaya yang sarat nilai gotong royong dan spiritualitas, yaitu Majengan. Tradisi ini merupakan bentuk syukuran dan kebersamaan yang biasanya digelar dalam rangka hajatan atau setelah masa panen sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan atas limpahan rezeki.
Majengan tak hanya sekadar ritual doa dan penyajian makanan. Di baliknya, terdapat sistem kerja kolektif yang rapi dan penuh semangat kebersamaan. Salah satu aspek penting dalam tradisi ini adalah keterlibatan warga secara aktif melalui peran yang disebut sebagai majengan, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam praktiknya, majengan laki-laki biasanya bertugas mempersiapkan kebutuhan fisik dan logistik acara hajatan. Mereka mengatur dan menyediakan kursi, meja, tenda, panggung, hingga perlengkapan teknis lain yang diperlukan demi kelancaran acara. Sementara itu, majengan perempuan berfokus pada urusan dapur, mulai dari menyiapkan bahan makanan, memasak, hingga menyajikan hidangan kepada para tamu undangan. Tak sedikit dari mereka yang bekerja bersama di dapur besar, memasak dalam jumlah besar dengan penuh ketelitian dan semangat gotong royong.
Majengan menjadi ruang bagi warga untuk berkumpul, bekerja sama, dan saling membantu tanpa pamrih. Semua dilakukan dengan sukarela sebagai bentuk dukungan terhadap pemilik hajat atau sebagai bentuk syukur atas hasil panen.
Kegiatan ini biasanya juga diiringi doa-doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh setempat, serta dimeriahkan dengan kesenian lokal seperti kuda renggong, sandiwara Indramayu, hingga pencak silat. Semangat kolektif dalam Majengan bukan hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menjadi cermin nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Indramayu. (Sahil untuk Indonesia)