Thursday, 31 July 2025

Mengayuh Harmoni, Membangun Karakter: Budaya Bersepeda di Mahad Al-Zaytun

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

(Mengenal Tradisi-tradisi di Al-Zaytun)

Oleh: Ali Aminulloh

lognews.co.id, Indonesia - Lingkungan pendidikan sering kali menjadi cerminan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Di Mahad Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia, bukan hanya kurikulum formal yang membentuk karakter civitas akademika, melainkan juga budaya yang terpelihara secara konsisten. Salah satu budaya paling menonjol dan menarik perhatian adalah budaya bersepeda sebagai tulang punggung transportasi internal. Fenomena ini tidak hanya menciptakan suasana kampus yang hijau dan sehat, tetapi juga bertransformasi menjadi medium diplomasi dan pembentukan karakter yang mendalam.

WhatsApp Image 2025 07 10 at 17.40.39

Sepeda: Dari Moda Transportasi Ramah Lingkungan hingga Pilar Gaya Hidup Sehat

Saat melintasi kompleks Al-Zaytun di pagi hari, pemandangan aktivitas yang dinamis langsung menyambut. Ribuan individu, mulai dari ekaponen, dosen, guru, mahasiswa, pelajar program ekstra kurikuler pertanian dan perkapalan, karyawan, hingga santri PAUD, bergerak aktif. Namun, yang menarik adalah minimnya kehadiran kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor hanya diizinkan di lingkungan pinggir area kampus. Sebagai gantinya, sepeda menjadi pilihan utama moda transportasi. Kebijakan ini, yang telah diterapkan sejak awal pendirian mahad, sejalan dengan visi lingkungan yang sehat dan promosi gaya hidup aktif.

WhatsApp Image 2025 07 10 at 15.18.01 2

Lebih dari sekadar alat transportasi, sepeda di Al-Zaytun adalah instrumen krusial dalam pembentukan fisik yang sehat. Bersepeda secara rutin telah terbukti secara ilmiah memberikan berbagai manfaat kesehatan, termasuk peningkatan kesehatan kardiovaskular, penguatan otot, dan penurunan risiko penyakit kronis [Harvard Health Publishing, 2020]. Sebuah studi oleh Pucher dan Buehler (2017) juga menyoroti bagaimana infrastruktur yang mendukung pesepeda dapat secara signifikan meningkatkan tingkat aktivitas fisik di masyarakat, yang relevan dengan kondisi di Al-Zaytun di mana infrastruktur sepeda terintegrasi secara menyeluruh. Dengan demikian, budaya bersepeda di Al-Zaytun secara efektif mengimplementasikan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat melalui praksis harian. Keunggulan sepeda sebagai moda transportasi juga terletak pada efisiensinya: murah, mudah diakses, dan ramah lingkungan, menjadikannya pilihan ideal untuk mobilitas internal di kompleks pendidikan yang luas. Bahkan, anak-anak PAUD pun telah terbiasa menggunakan sepeda mereka sendiri untuk menuju sekolah, menunjukkan internalisasi budaya ini sejak usia dini.

WhatsApp Image 2025 07 10 at 15.18.01 1WhatsApp Image 2025 07 10 at 15.18.00 1

Diplomasi dan Kepatuhan: Dimensi Lain dari Budaya Bersepeda

Transformasi menarik dari budaya bersepeda di Al-Zaytun melampaui aspek kesehatan dan lingkungan. Ia telah menjadi media diplomasi yang efektif, baik di tingkat nasional maupun internasional. Melalui Asosiasi Sepeda Sport Al-Zaytun (ASSA), mahad ini menyelenggarakan berbagai kegiatan tur sepeda berskala besar selama liburan sekolah. Misalnya, pada pertengahan tahun 2008, tur keliling Jawa-Madura sepanjang 2.000 km diikuti oleh sekitar 200 peserta. Akhir tahun 2008, hampir 300 orang berpartisipasi dalam Tur Pra Sumatera. Puncaknya, pada tahun 2009, ASSA berhasil menggelar Tur Tiga Negara (Malaysia, Singapura, Thailand) sejauh 2.000 km, diikuti oleh tur keliling Jawa pada tahun 2017 dengan 405 peserta menempuh jarak 2.727 km.

Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang olahraga, tetapi juga sebagai medium silaturahim, diplomasi budaya, dan sosialisasi nilai-nilai kebangsaan. Salah satu contoh paling menonjol adalah inisiatif ASSA pada tahun 2017 untuk mensosialisasikan Lagu Indonesia Raya dua kali sehari di setiap daerah persinggahan, saat keberangkatan dan kedatangan. Puncaknya, lagu kebangsaan ini bahkan berkumandang di Gedung DPR RI, menunjukkan bagaimana aktivitas bersepeda dapat menjadi platform untuk memperkuat identitas nasional dan persatuan.

Lebih jauh lagi, budaya bersepeda di Al-Zaytun memiliki makna mendalam dalam pembentukan karakter dan kepatuhan. Di dalam kampus, terdapat sistem rambu-rambu lalu lintas yang komprehensif, seperti rambu jalur yang boleh dilalui, larangan, dan area parkir khusus. Setiap gedung, mulai dari fasilitas pembelajaran, pertokoan, hingga sarana umum, menyediakan tempat parkir sepeda yang teralokasi dengan jelas, termasuk untuk pimpinan, dosen, mahasiswa, hingga anak-anak PAUD. Hal ini menumbuhkan disiplin dan kepatuhan terhadap aturan sejak dini. Dalam konteks teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior) dari Ajzen (1991), ketersediaan fasilitas yang memadai dan norma subjektif yang kuat (misalnya, semua orang bersepeda dan mematuhi aturan) secara signifikan mempengaruhi niat dan perilaku individu untuk bersepeda serta mematuhi tata tertib. Dengan demikian, bersepeda di Al-Zaytun bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga sarana pedagogis untuk menginternalisasi nilai-nilai tertib, tanggung jawab, dan kepatuhan terhadap sistem.

WhatsApp Image 2025 07 10 at 15.18.01

Epilog: Bersepeda Membangun Peradaban

Budaya bersepeda di Mahad Al-Zaytun adalah cerminan dari filosofi yang lebih besar: membangun insan yang sehat, disiplin, dan berkarakter, sekaligus menjadi agen perdamaian dan persatuan. Di setiap kayuhan pedal, terangkum cita-cita akan sebuah peradaban yang menghargai keberlanjutan lingkungan, kekuatan fisik, ketertiban sosial, dan semangat kebangsaan. Ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah alat transportasi sederhana dapat menjadi katalisator bagi transformasi multidimensional, menginspirasi kita untuk melihat potensi tak terbatas dalam setiap tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten dan bermakna. Semoga semangat mengayuh harmoni ini terus menyebar, menciptakan gelombang perubahan positif di tengah masyarakat luas.