Saturday, 02 August 2025

Bincang 79 Tahun Syaykh Panji Gumilang: Doa, Gagasan, Dan Janji Untuk Indonesia Abadi

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id, Indonesia – Dalam suasana penuh semangat kebangsaan dan refleksi pendidikan, milad ke-79 Syaykh AS. Panji Gumilang pada Rabu, 30 Juli 2025 di Pondok Pesantren Al-Zaytun menghadirkan rangkaian bincang kebangsaan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh pendidikan, lintas agama, dan masyarakat dari berbagai latar belakang. Acara ini bukan sekadar perayaan ulang tahun, melainkan momen penting untuk merenungkan arah pendidikan dan peradaban Indonesia.

Salah satu peserta yang menyampaikan pandangan penting dalam acara ini adalah Dr. Ciek Julyati Hisyam, MM., M.Si , Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta. Ia menyampaikan kebanggaannya terhadap figur Syaykh Panji Gumilang yang masih aktif, sehat, dan berkontribusi bagi bangsa di usia yang ke-79 tahun.
“Usia 79 tahun adalah usia dewasa. Kami bangga mendengar ini. Bapak kita ini bukan hanya sehat walafiat, tetapi menjadi tokoh penegak karakter bangsa,” ujarnya.

Dr. Ciek menyayangkan adanya pelabelan Al-Zaytun oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya, Syaykh telah menjalankan peran penting sebagai pembentuk karakter anak bangsa melalui sistem pendidikan dari tingkat TK hingga perguruan tinggi dalam sistem “one pipe education” dalam ekosistem Pendidikan yang tidak terputus.

“Di pesantren ini, dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, sudah sangat jelas bagaimana menciptakan karakter yang baik untuk anak bangsa. Namun sayangnya tidak terdengar di kancah nasional, padahal Ma’had Al Zaytun sudah menjelaskan mengenai bagaimana menciptakan karakter yang baik untuk anak bangsa.,” tegasnya.

Ia juga membawa kabar baik di hari milad ini. Senin sebelumnya, Dr. Ciek telah melakukan konsultasi ke Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) mengenai rencana pendirian Politeknik yang diinisiasi Syaykh Panji Gumilang. Menurutnya, Dikti merespons positif dan menyilakan proses dimulai. Meski demikian, ia menyayangkan bahwa pengajuan Universitas Al-Zaytun masih terhambat karena kebijakan moratorium.

Tak hanya dari kalangan akademisi, suara harapan dan semangat persatuan juga datang dari tokoh lintas iman. Pendeta John Purba dari Gereja HKBP membuka sambutannya dengan salam, “Merdeka!”, lalu mengungkapkan makna spiritualnya:

“Tuhan datang ke dunia bukan membawa agama, tapi membawa kebenaran. Karena itu saya menyapa dengan kata ‘Merdeka’, sebagai kerinduan terhadap kemerdekaan yang sejati bersatu dan harmonis untuk NKRI.”

Pendeta John memaknai momen milad ini sebagai ajakan dari Syaykh untuk melihat diri bukan berdasarkan agama atau suku, tetapi sebagai manusia Indonesia. Ia berharap agar setiap provinsi memiliki sosok seperti Syaykh Panji Gumilang yang mampu menyatukan bangsa melalui pendidikan dan gagasan besar.

“Tidak berlebihan jika Syaykh Panji Gumilang kita sebut sebagai tokoh pendidikan yang reformatoris. Saya mengajak semua tokoh pendidikan untuk bersatu demi Indonesia Emas.”

Ia menutup ucapannya dengan doa ulang tahun:
“Untuk Bapak Syaykh, saya haturkan: Merdeka. Selamat ulang tahun. Tuhan Sang Pencipta memberkati Bapak dan menciptakan putra-putra Allah di tempat ini untuk kemuliaan Tuhan.”

Selanjutnya, acara dilanjutkan oleh Ir. Santiamer Silalahi, C.Me dari Kerukunan Masyarakat Hukum Adat Nusantara (KERMAHUDATARA) dan Perkumpulan Jaga Pancasila Zamrud Khatulistiwa (Galaruwa). Ia memimpin ucapan selamat ulang tahun bersama seluruh peserta di Masjid Rahmatan Lil Alamin.

Santiamer berpesan kepada para hadirin, terutama para pelajar dan santri, agar nilai-nilai yang diajarkan Syaykh terus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Tak perlu khawatir. Di sini, berbagai suku, bangsa, dan agama dapat berdamai dan bersatu tanpa mengganggu akidah, justru menyatu dalam keindahan sebagai anak bangsa.”

Ia juga mengajak para sahabat Syaykh untuk terus membela dan menjaga beliau sebagai sosok yang memegang nilai-nilai transformasi yang kadang dianggap ‘mengganggu’ bagi sebagian pihak namun justru karena itulah layak diproteksi karena benar.

Santiamer menyebut Syaykh Panji Gumilang sebagai pribadi yang konsisten terhadap nilai-nilai Pancasila dan pembukaan UUD. Menurutnya, hanya Al-Zaytun dan Galaruwa yang secara konsisten mengumandangkan “Indonesia Tiga Stanza”.

Ustadz Nurkholis, dosen IAI Al Azis, menegaskan bahwa Al-Zaytun adalah pusat pendidikan, dan seluruh kegiatan yang berlangsung di dalamnya adalah bagian dari proses belajar, termasuk peringatan milad Syaykh Panji Gumilang.

> “Kita semua belajar. Apa yang disampaikan Syaykh dan para sahabatnya adalah pelajaran kehidupan dan kontribusi nilai,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa Syaykh Panji Gumilang merupakan lokomotif utama pendidikan di Indonesia. Sejak dulu, Syaykh selalu menjadi penggerak tanpa henti untuk mencerdaskan bangsa kapan pun, di mana pun, bersama siapa pun.

Dalam ucapannya, Ustadz Nurkholis menyampaikan doa:

> “Bismillahirrahmanirrahim. Yang terhormat dan kita cintai, Syaykh AS. Panji Gumilang, M.P., beserta umi dan keluarga. Semoga Allah karuniakan Syaykh kesehatan yang paripurna dan semangat yang terus menyala sebagai pemimpin proses belajar kita dalam mewujudkan masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi.”

Di penghujung acara, Syaykh Panji Gumilang menyampaikan puisi sebagai bentuk refleksi dan persembahan untuk Indonesia. Syaykh mengakui bahwa dirinya jarang menulis puisi, namun kali ini ia menyusun 13 puisi demi menyampaikan cita-cita besar Novum Gradum sebuah lompatan peradaban dan pendidikan.

Salah satu puisi dibacakan sebagai suara dari “anak-anak sunyi” untuk para pemimpin negeri, menjadi penutup penuh makna dalam rangkaian milad ke-79 ini, berikut kutipannya:


Wahai pemimpin negeri, dengar suara sunyi dari anak-anak kami.

Kami tidak meminta istana.

Kami hanya berharap asrama.

500 daerah telah menanti bukan janji tapi jejak pasti.

Di sana anak negeri ingin bertumbuh dengan jiwa bukan hanya angka.


Pendidikan bukan sekedar rapor, tapi lantai jiwa, tempat karakter ditumbuhkan.

Kami tidak butuh gedung mewah.

Kami butuh rumah jiwa yang bernas dan bersahaja di asrama.

Kami belajar menata bertemu keberanian dalam kebersamaan.

Kami membaca bukan hanya buku, tapi sejarah jiwa bangsa dari ruang sederhana. Wahai pemerintah yang kami cintai, temukan arah di antara kabut peta pendidikan.

Bukan janji dan bukan jalan bagi cahaya yang tidak lahir dari anggaran, tapi dari keberpihakan jiwa.

Kami mohon bukan dengan teriakan, tapi dengan bait yang jujur. Jadikan 500 asrama jiwa sebagai gerakan, bukan sekedar wajah.

Karena Indonesia tidak akan kuat jika anak-anaknya kehilangan arah.

Indonesia tidak akan abadi jika jiwa mudanya tak dibentuk dalam kasih dan keberanian. 2045 bukan sekedar angka emas.

Ia adalah gemuruh doa bangsa.

Dan hari ini kami persembahkan puisi ini sebagai petisi jiwa, agar negara ikut menanam dan tidak membiarkan harapan kami gugur sebelum bersemi.

Kemudian Syaykh juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu yang hadir dan doa yang luar biasa sehingga kami bertambah semangat untuk tetap memegang teguh pendidikan sebagai jalan dan purnama untuk Indonesia. (Amri/Umar untuk Indonesia)