lognews.co.id, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam fase kemarau basah. Hal ini diungkapkan Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, yang menjelaskan bahwa meski musim kemarau sudah mulai, hujan masih sering turun di beberapa daerah.
Kondisi ini terjadi karena dinamika atmosfer yang masih aktif, sehingga hujan bisa tiba-tiba mengguyur walaupun sudah memasuki musim kemarau. Fenomena kemarau basah ini menyebabkan cuaca tidak stabil, kadang cerah di satu tempat tetapi hujan di lokasi lain yang berdekatan, seperti Jakarta cerah sementara Bogor hujan.
BMKG mencatat, fase pancaroba dari musim hujan ke kemarau biasanya berlangsung Maret hingga Mei. Namun, memasuki Juni hingga Agustus, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau penuh.
Wilayah yang paling terdampak kemarau basah antara lain Jawa bagian barat hingga tengah, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian kecil Aceh, Sulawesi, dan Papua bagian tengah. Penyebab utama fenomena ini adalah gerak semu matahari yang berada di sekitar 10–12 derajat lintang utara, sehingga perairan Indonesia menjadi hangat, penguapan meningkat, dan kelembaban udara naik. Akibatnya, hujan masih sering terjadi terutama pada sore atau malam hari.
Kemarau basah membawa dampak signifikan pada berbagai sektor, seperti pertanian, transportasi, dan aktivitas harian masyarakat. BMKG pun mengimbau masyarakat untuk selalu memantau prakiraan cuaca, terutama sebelum melakukan perjalanan jauh. Potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor tetap perlu diwaspadai selama masa pancaroba ini.
Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, BMKG secara rutin merilis prakiraan dan peringatan dini cuaca. Informasi ini disebarluaskan melalui 197 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di 38 provinsi, serta bekerja sama dengan Kominfo, BPBD, BNPB, dan komunitas lokal. Dengan kesiapsiagaan ini, diharapkan masyarakat bisa lebih sigap menghadapi bencana dan dampak cuaca ekstrem dapat diminimalkan. (Amri-untuk Indonesia)