PEMILU
Saturday, 24 May 2025

Dedi Mulyadi Mengingatkan Kondisi Anak Bangsa Jangan Seperti “Bangkong Dicongkrong Kujang”

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id, Bandung - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menyampaikan pidato saat memimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Lapangan Gasibu, Bandung, pada Selasa (20/5/2025).

Dalam pidatonya Dedi mengingatkan bahwa pendidikan Indonesia seharusnya mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, bukan hanya mengejar gelar akademik seperti S1, S2, atau S3. Ia mengutip falsafah Sunda pancawaluya yang berarti lima nilai utama: cur (jujur), bager (baik), bener (benar), pintar (cerdas), dan singer (tangguh).

Ungkapan “Bangkong dicongkrong kujang” menggambarkan anak-anak dibawah umur agar diperlakukan dengan hormat dan tidak dibebani oleh kekuatan yang tidak seharusnya. Dengan demikian, mereka dapat menjadi generasi penerus yang tangguh, cerdas, dan berkarakter.

“Kujang tidak bisa dikongkrongkan pada bangkong. Kalau bangkong dikongkorongkan pada oleh kujang, bangkong itu anak-anak di bawah umur.” ujarya

Dalam falsafah Sunda, ada ungkapan yang sangat bermakna: “Bangkong dicongkrong kujang.” Kujang adalah senjata kehormatan orang Sunda, sedangkan bangkong adalah katak kecil. Dedi menjelaskan, “Kujang tidak bisa dikongkorongkan pada bangkong. Kalau bangkong dikongkorongkan oleh kujang, kujang itu tak bermakna dan bangkong itu mati tak mampu membawa kujang.”

Maknanya, anak-anak yang masih dalam masa remaja (disebut bangkong) tidak boleh dibebani atau disalahgunakan oleh kekuatan yang lebih besar (kujag, simbol kehormatan dan kekuatan). Pendidikan harus membebaskan anak dari hawa nafsu dan kepentingan sempit, membimbing mereka dengan penuh kasih dan kesabaran.

Kritik Terhadap Pendidikan yang Kehilangan Roh Spiritual

Dedi juga mengkritik fenomena di mana orang-orang yang mengaku menjaga kesucian justru menyakiti dan memecah belah sesama. Ia menegaskan, tidak ada anak yang nakal, melainkan mereka adalah “budak bangor”—istilah Sunda untuk anak-anak yang sedang dalam masa transisi menuju dewasa dan membutuhkan bimbingan, bukan hukuman.

Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa: Solusi Pendidikan Karakter

Sebagai langkah konkret, Dedi Mulyadi akan meresmikan Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa yang berbasis pendidikan karakter dan bela negara. Sekolah ini bertujuan membentuk generasi muda yang memiliki nasionalisme kuat dan karakter yang utuh, tidak hanya pintar secara akademik tapi juga berjiwa spiritual dan sosial. (Amri-untuk Indonesia)