lognews.co.id, Indonesia – Syaykh Ma’had Al Zaytun, Panji Gumilang dalam dzikir Jum’at pada 11/4/'25 di Masjid Rahmatan Lil Alamin mengenalkan gagasannya tentang revolusi Pendidikan yang menurutnya harus berkelanjutan dan terstruktur, berbeda dari pendekatan pendidikan masa lalu yang terkesan seperti "huru-hara" atau hanya bersifat situasional tanpa kesinambungan, biasanya kurikulum Pendidikan hanya muncul karena keadaan tertentu yang memicunya yaitu ketika ada pergantian Menteri Pendidikan.
Gagasan reovolusi Pendidikan yang suistainable merupakan tindak lanjut dari Pesan Idul Fitri 1446 H Syaykh Panji Gumilang berjudul "Revolusi pendidikan, pusatkan pendidikan disiapkan oleh Negara!" maka menurut Syaykh perlu dirancang Langkah Langkah untuk memastikan pemahaman mendalam akan maknanya bagi seluruh anak didik yaitu dengan diskusi dan pelatihan yang membahas manajerial bentuk baru pembelajaran, Pendidikan di Ma’had Al-Zaytun menyongsong 1 abad Negara Republik Indonesia di tahun 2045 dengan program Pendidikan dan melanjutkan dengan mengisi abad 21 dengan Pendidikan yang sustainable.
“Ketika kita memahami "gaya" abad ini, kita dapat menerapkannya dalam pendidikan secara sistematis. Tema-tema pendidikan dan kurikulum yang kita rancang haruslah Kurikulum Abad ke-21. Kita tidak boleh memiliki kurikulum yang sekadar berganti nama tanpa substansi. Dalam revolusi Pendidikan” ujar Syaykh Panji Gumilang.
Rencananya, program ini akan dimulai pada 1 Juni ’25, program ini juga mempertimbangkan jenjang pendidikan yang berbeda, dengan mengambil pendidikan 15 tahun, yaitu agak kecil atau PAUD (3 tahun), Sekolah Rakyat atau sedang atau SD (6 tahun), sekolah menengah (6 tahun), dan asrama (3 tahun)
Syaykh memberi penegasan bahwa program ini bukan sekadar janji kosong, “kita akan membuktikannya” ujar Syaykh
Syaykh mengajak seluruh civitas Ma’had Al-Zaytun untuk memiliki Pendidikan yang novelty, visioner dan unggul “Kita akan bergerak menuju pendidikan yang mengintegrasikan Sains, Teknologi, Engineering, Art, dan Matematika (STEAM). Selain itu, kita akan memperkuat dengan cabang ilmu lain” terang Syaykh Panji Gumilang.
Narasumber akan dibagi menjadi dua unsur di dalam Ma’had Al-Zaytun, Jika Syaykh berkesempatan, beliau akan memberikan urun rembuk, dengan peserta utama adalah perwakilan pelajar (minimal 10 kandidat pengurus) Guru Ma'had Al-Zaytun, dan Civitas Ma’had Al-Zaytun yang berkarya di berbagai bidang seperti penyiapan pemakanan, penyaji makanan dan lainnya termasuk mengundang wali santri.
Dikatakan Syaykh bahwa seluruh elemen harus berpartisipasi dalam pelatihan yang setiap bulan akan diundangkan dua profesor sebagai narasumber utama.
Kehadiran peserta bersifat wajib, sebab menurut Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang absensi akan berimplikasi pada status "was wisufi" (evaluasi kelulusan). Jangan sampai terulang seperti dulu, di mana partisipasi yang tidak terikat akhirnya berujung pada status "yuwas wisu fi Amaliah" di Al-Zaytun. Keikutsertaan akan didaftar oleh Syaykh setiap semester, dan peserta akan menerima sertifikat dengan berbagai mata kuliah setiap semesternya. Selama 6 tahun mengikuti program, peserta akan mengumpulkan 12 sertifikat. Wali santri akan diwakili oleh koordinator dan wali santri yang ditunjuk.
Syaykh Al- Zayytun juga turut mengundang sekolah menengah di Indramayu untuk hadir dengan agenda pertemuan adalah berbincang mengenai 100 tahun abad Indonesia melalui program pendidikan dan mengisi abad ke-21 dengan pendidikan, dengan durasi 2x60 menit setiap pertemuannya.
Selari dengan gagasan besar Syaykh Panji Gumilang agar Indonesia abadi hingga 1.000 tahun, pelatihan ini memiliki tujuan yaitu :
1. Menyelaraskan pemahaman terhadap arah revolusi pendidikan.
2. Membangun budaya berkelanjutan di Mahad Al-Zaytun.
3. Membangun karakter seluruh stakeholder pendidikan.
4. Mengubah sistem dan algoritma pendidikan.
5. Menyusun naskah pendidikan jangka panjang berbasis pemikiran kolektif.
Selanjutnya Syaykh menerangkan untuk mendapatkan sertifikat sustainable training, akan ada asesmen mengenai manfaat yang didapatkan dari pelatihan ini (1 Semester 1 sertifikat ). Diskusi akan menjadi bagian penting dari pelatihan, panitia akan dibantu oleh beberapa personal Ma'had Al-Zaytun dan kampus IAI AL-AZIS serta pihak-pihak lainnya.
Perubahan Menteri tidak boleh serta-merta mengubah arah Kurikulum Abad ke-21 dan kurikulum pendidikan Indonesia harus mampu menjawab tantangan zaman, bukan sekadar mengikuti keinginan Menteri.
Syaykh juga mengingatkan bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk mengisi tantangan zaman ini dan mengantar peserta didik agar mampu hidup dan berkembang di era mereka. Revolusi Pendidikan yang suistanable menjadi ciri khas abad ke-21 diharapkan menjadi fondasi Indonesia yang abadi, oleh karena itu, partisipasi dalam pelatihan ini menjadi krusial. (Amri-untuk Indonesia)