Thursday, 31 July 2025

Menari Menuju Mimpi: Perjalanan Tabriza dari Al -Zaytun ke Panggung Tari Internasional

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Indramayu - Di balik gerakan anggun penari di atas panggung, tersimpan perjuangan panjang yang tak banyak diketahui orang. Itulah yang dialami oleh Tabriza Altahf Syarif, gadis cantik yang menapaki jalan seni tari dengan semangat, ketekunan, dan keyakinan bahwa apa yang ditekuni dengan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil.

Bersekolah di pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian menuju masyarakat sehat cerdas dan manusiawi di Ma'had Al-Zaytun, Tabrizah mulai mengenal tari sejak kelas MI (Madrasah Ibtidaiah) sekedar mengikuti teman teman lainnya, namun saat MTs (Madrasah Tsanawiyah) Ia baru merasa jatuh cinta dengan dunia tari dan berusaha mengejar banyak hal yang Ia lewatkan dikelas tari, Merasa tertantang, ia memutuskan untuk berlatih keras demi mengejar ketertinggalannya, kemudian banyak bertanya kepada teman-temannya yang sudah lebih dulu dan memperhatikan setiap detail saat latihan. 

Sambil terus mempelajari berbagai gerakan tarian, awal mula Tabriza ditugaskan sebagai tim oficial adalah sebagai tim yang mempersiapkan berbagai keperluan pementasan tari dibalik layar, mulai perlengkapan kostum tari, perlengkapan make up, konsumsi, persiapan musik tari, dokumentasi dan membantu berbagai keperluan lainnya, hingga akhirnya Ia diperkenankan menarikan Tari Merak saat peringatan 1 Muharram di masjid Rahmatan lil Alamin dengan ribuan penonton. Meski saat itu gerakannya masih belum sempurna, acara 1 muharam di masjid terbesar se Asia tenggara dengan ribuan penonton.

Namun Ia memberanikan diri tampil di depan banyak orang karena dukungan dari “ibu tari” guru yang senantiasa memotivasinya. 

Dari situlah rasa cintanya terhadap tari dan merias wajah tumbuh. “Seru juga ternyata belajar tari dan belajar rias wajah” katanya sambil tertawa mengenang masa awal itu.

Ibu Tari, pelatih seni tari di Ma'had Al-Zaytun kemudian memvideokan penampilan Tabrizah dan dikirimkan ke Ibunda Tabrizah.

Sambutan Ibundanya merasa haru dan bangga, walaupun Tabrizah diposisikan dibarisan belakang saat tampil agar bisa melihat gerakan teman-temannya didepan.

Pada saat itu Ibunda Tbrizah baru mempercayai bila anaknya memang menyukai tari dan langsung membagikan momen anaknya ke semua media sosial yang dimilikinya.

Di keluarganya, Tabrizah dikenal sebagai gadis cuek dan tomboy yang menyukai olahraga basket, sehingga membuat keluarganya kaget atas perubahan dari yang terlihat cuek menjadi anggun dan gemulai didepan ribuan orang yang melihat penampilannya, sebelumnya memang Tarbizah meminta izin untuk ikut kelas tari.

Di Ma’had Al-Zaytun, sejak dini para pelajar diperkenalkan dan mengikuti berbagai seni dan olahraga, Tarbizah tak hanya menemukan tempat belajar, tapi juga ruang tumbuh sebagai seniman. Tabriza dan teman lainnya diajarkan banyak tarian oleh bu Tari. 2 tahun lalu saat Tabriza masih sekolah sudah diajarkan 65 Tarian dan menguasai 50 Tarian karena sesuai dengan waktu berlatihnya, kapan dia mulai menari dan tarian mana yang sudah dikuasai dan pernah tampil. Tabriza juga menyampaikan bahwa ada beberapa tarian yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi seperti tari Remo, Tari jejer Gandrung Banyuwangi,Tari Gama Gandrung, Tari Glipang, Tari Gambyong .

Berbincang di radio Prima 95.8 FM, bersama penyiar Nimas, Tabrizah mengaku senang karena bebas memilih aneka seni dan olahraga yang ada di Ma'had Al-Zaytun.

“Saya bisa menari dan ikut ekstrakurikuler lain seperti basket, semua terjadwal dan bisa berjalan berdampingan,” ungkapnya pada Jumat di radio Prima FM Indramayu (4/7/25).

Rasa cintanya terhadap tari, ketika menyempurnakan pendidikan dari Al-Zaytun kemudian mendaftar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prodi Pendidikan Tari.

Persaingannya saat itu begitu banyak, lebih dari 2.000 pendaftar, namun hanya sekitar 30–40 yang diterima melalui beberapa seleksi yang harus ditempuh, mulai dari ujian tertulis, ujian komputer (UTBK), dan pengiriman video tari termasuk Tari Jejer yang ia bawakan lengkap dengan pakaian hitam polos tanpa aksesori. 

Yang membuatnya kian yakin adalah kata-kata yang terus terngiang dari Ibundanya : "Tekun, pasti bisa." Kini, ia kuliah di bidang yang ia cintai, meski teman-teman seangkatannya memilih bidang berbeda.

Menjadi penari yang bisa memperkenalkan budaya Indonesia keseluruh dunia adalah cita-citanya.

Ibundanya merasa terbantu dengan pendidikan di Ma'had Al-Zaytun , karena sang putri tercintanya mempunyai kepercayaan yang tinggi dan menjadi dirinya sendiri ketika lulus sudah mengerti apa yang ingin Ia lakukan.

Perjalanan Tabrizah alumni Al-Zaytun angkatan 19 adalah contoh bahwa seni bukan sekadar hobi, tapi bisa menjadi jalan hidup. Meski dunia tari tradisional jarang mendapat sorotan, ia ingin terus memopulerkan tarian Indonesia hingga ke panggung dunia. Ia percaya, dengan dedikasi, apa pun bisa terwujud. Baginya, menari bukan sekadar gerakan, tapi pernyataan: inilah aku, dan aku tahu apa yang aku mau. (Sahil untuk Indonesia)