lognews.co.id - Mi instan kerap menjadi objek tudingan negatif, salah satunya ialah anggapan bahwa konsumsi mi instan dapat menyebabkan kanker. Meski demikian, hingga kini belum ditemukan bukti ilmiah yang kuat yang secara langsung mengaitkan konsumsi mi instan dengan peningkatan risiko kanker pada manusia. Sebagai produk makanan olahan, mi instan memang mengandung bahan tambahan dan pengawet, namun hal ini tidak otomatis menjadikannya sebagai pemicu kanker.
Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Food and Chemical Toxicology menyebutkan bahwa sejumlah zat tambahan seperti TBHQ (tertiary butylhydroquinone), yang digunakan dalam mi instan, telah memiliki ambang batas konsumsi aman yang ditetapkan oleh lembaga pengawas pangan internasional. Selama konsumsinya masih dalam jumlah yang wajar, resiko terhadap penyakit serius termasuk kanker tetap tergolong rendah. Justru, pola makan yang tidak sehat secara menyeluruh serta gaya hidup yang kurang baik, lebih berkontribusi terhadap risiko kanker.
Permasalahan yang lebih besar dari mi instan sebenarnya terletak pada tingginya kadar natrium dan lemak jenuh, serta minimnya kandungan nutrisi dan serat. Jika dikonsumsi secara berlebihan, hal ini bisa memicu obesitas, tekanan darah tinggi, hingga gangguan metabolisme, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit kronis, termasuk beberapa jenis kanker. Dengan demikian, yang perlu diwaspadai bukan hanya mi instan, tetapi juga pola konsumsi yang tidak seimbang secara keseluruhan.
Sebagai penutup, konsumsi mi instan tidak serta-merta memicu kanker jika dikonsumsi dalam batas wajar dan bagian dari pola makan yang seimbang. Untuk menjaga kesehatan tubuh, disarankan untuk mengimbanginya dengan asupan bergizi seperti sayur, protein sehat, serta gaya hidup aktif dan pola makan yang teratur. (sahil untuk indonesia).