Oleh Ali Aminulloh
lognews.co.id, Indonesia - Pagi Ahad, 8/6/25, langit cerah menaungi kampus Al-Zaytun yang tenang dan asri. Di tengah hiruk-pikuk pelaksanaan pelatihan guru berkelanjutan yang diikuti ribuan peserta dari berbagai kalangan pelajar, mahasiswa, pendidik, hingga perwakilan wali santri, ada satu aktivitas yang tidak pernah absen seperti aktivitas OKK atau biasa dibaca “Okeke” kependekan dari “Olahraga kebugaran kaki” khas Al-Zaytun.
Di sinilah nilai budaya sehat bukan sekadar anjuran, tapi sudah menjadi ritus kolektif yang menyatu dalam denyut kehidupan kampus. Sekalipun ada acara besar yang menyedot energi dan konsentrasi banyak pihak, Okeke tetap jalan. Tidak tergusur, tidak dikalahkan, justru berjalan beriringan, saling melengkapi.
Okeke: Lebih dari Sekadar Olahraga
Istilah Okeke diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Syaykh Al-Zaytun sebagai bentuk pendekatan baru dalam menanamkan budaya sehat yang sederhana namun fundamental. Filosofinya sangat kuat: kaki adalah penopang utama aktivitas manusia. Jika kaki sehat, tubuh bisa bekerja optimal, semangat pun terpacu.
Dan jalan kaki adalah olahraga paling mudah diakses siapa pun, tak perlu alat mahal, tak perlu ruang khusus. Namun manfaat kesehatannya luar biasa. Di Al-Zaytun, aktivitas ini tidak hanya untuk santri, tapi menjadi kewajiban seluruh civitas akademika, dari guru hingga pimpinan.
Setiap Ahad pagi, ribuan orang tumpah ruah memulai Okeke dari area lapangan sepak bola Palangan Agung, titik awal yang juga menjadi tempat pemanasan bersama. Lalu, peserta menyusuri jalur sepanjang hampir 7,5 km atau sekitar 12.000 langkah hingga ke gerbang utara kampus. Jalur ini ditutup total dari lalu lintas kendaraan. Inilah yang layak disebut sebagai “The Real Car-Free Day” bukan hanya bebas kendaraan, tapi juga sarat makna, disiplin, dan nilai.
Kesehatan, Kebangsaan, dan Kebersamaan dalam Satu Langkah
Apa yang menjadikan Okeke istimewa bukan hanya jumlah pesertanya, tapi juga atmosfer yang tercipta. Barisan peserta berjalan dengan teratur, terutama para santri yang dibimbing berjalan rapi dalam formasi tiga-tiga sambil menyanyikan lagu-lagu nasional. Lagu-lagu seperti Bangun Pemudi Pemuda, Garuda Pancasila, hingga Satu Nusa Satu Bangsa menggema di udara pagi, menyalakan semangat cinta tanah air yang menyatu dengan gerakan tubuh.
Dengan begitu, Okeke bukan sekadar aktivitas fisik. Ia juga menjadi ruang pendidikan karakter: disiplin, kerja sama, komunikasi, dan nasionalisme. Setiap langkah adalah pernyataan syukur atas nikmat sehat dan anugerah lingkungan yang hijau dan damai.
Dari Warga Kampus Hingga Tamu Internasional: Semua Terlibat
Yang menjadikan Okeke pagi itu semakin istimewa adalah keterlibatan para wali santri dan tamu yang berkunjung, termasuk para narasumber pelatihan. Salah satunya adalah Prof. Drs. Triyono Bramantyo, M.Musc.Ed. Pd.D, beserta istri beliau, Mrs. Shai Chuan Wen.
Keduanya tak sekadar menyaksikan, tapi turut bergabung dalam barisan Okeke, merasakan sendiri denyut kebersamaan yang begitu alami dan menggetarkan. “Saya belum pernah melihat yang seperti ini di tempat lain,” ucap Prof. Triyono penuh kekaguman.
Sementara itu, Mrs. Shai Chuan Wen mengaku sangat tersentuh melihat ribuan santri bernyanyi riang sepanjang perjalanan. “Ini bukan hanya olahraga, tapi suasana yang sangat membahagiakan. Anak-anak tampak menikmati, berjalan sambil bernyanyi. Sangat bagus untuk pendidikan karakter,” ujarnya. Ia juga menyampaikan kekagumannya atas keasrian kampus Al-Zaytun yang menurutnya mengingatkan pada kampus-kampus tenang dan hijau di Jepang tempat beliau mengenyam pendidikan S2 dan S3.
Membentuk Generasi Sehat dan Tangguh Lewat Kebiasaan Positif
Budaya Okeke di Al-Zaytun adalah contoh konkret bagaimana pendidikan tidak berhenti di ruang kelas. Ia menembus batas-batas formalitas, menjelma menjadi gaya hidup yang membentuk kebiasaan sehat dan sikap positif.
Tidak ada ruang untuk “mager” alias malas bergerak di sini. Setiap civitas didorong untuk terlibat aktif, menjadi bagian dari budaya sehat bersama. Di sinilah letak kekuatan Al-Zaytun: membangun sistem yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Semua bergerak, semua berkontribusi, semua bersemangat.
Dan ketika gerakan tubuh itu dibingkai dalam semangat nasionalisme, kesadaran ekologi, dan disiplin sosial, maka Okeke menjadi lebih dari olahraga. Ia menjadi gerakan peradaban.
Menapak Jalan Menuju Masa Depan
Apa yang dilakukan Al-Zaytun melalui Okeke adalah bentuk revolusi sunyi namun berdampak nyata. Dalam langkah-langkah kecil, ada transformasi besar yang sedang dijalankan. Pendidikan bukan hanya teori, tapi praktik hidup yang menyentuh jasmani dan ruhani.
Kesehatan bukan hanya soal fisik, tapi bagian dari ketahanan budaya. Dan kedisiplinan bukan hanya aturan, tapi laku harian yang ditanam dan dibiasakan.
Di bawah rindang pepohonan, di jalur sunyi yang penuh tawa dan nyanyian, para pelajar bangsa ini sedang belajar menjadi kuat, sehat, dan penuh cinta pada negeri.