lognews.co.id, Indramayu - Kolaborasi antar daerah di kawasan Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) menjadi kunci utama dalam mewujudkan ekonomi hijau dan ketahanan energi lokal di Jawa Barat. Sinergi ini mengintegrasikan kebijakan, program, serta pertukaran teknologi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketergantungan energi fosil.
Kabupaten Indramayu, sebagai wilayah agraris dengan lahan sawah luas dan sektor energi tersebar, berperan strategis dalam menjaga ketahanan pangan dan energi lokal. Pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Bupati Lucky Hakim dan Wakil Bupati Syaefudin telah memasukkan ekonomi hijau dan biru ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029 sebagai komitmen nyata.
Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin, menegaskan bahwa ekonomi hijau merupakan model pembangunan berkelanjutan yang menitikberatkan pada investasi, infrastruktur, lapangan kerja, dan pengembangan keterampilan demi kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan. Untuk mengukur kemajuan, digunakan indikator yang representatif dan akurat dalam menilai transformasi ekonomi hijau.
Berbagai inisiatif telah dijalankan, seperti pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan fasilitas Refused Derived Fuel (RDF) untuk bahan bakar alternatif, pengawasan limbah industri, dan kampanye pemilahan sampah. Selain itu, implementasi Buffer Zone di sekitar kilang minyak Balongan memperkuat sinergi antara pemerintah dan BUMN dalam menjaga keselamatan masyarakat dan ketahanan energi nasional.
Syaefudin menegaskan, “Kata kunci keberhasilan agenda ini adalah sinergi. Tidak ada daerah yang bisa berjalan sendiri. Ciayumajakuning dapat menjadi model kawasan hijau dan mandiri energi di tingkat nasional.”
Kolaborasi Ciayumajakuning diharapkan memperkuat ketahanan energi dan pangan lokal sekaligus menjadi contoh pembangunan berkelanjutan yang dapat direplikasi di seluruh Indonesia. (Amri-untuk Indonesia)