PEMILU
الأحد، 15 حزيران/يونيو 2025

Haris Azhar Beberkan Temuan Mengejutkan: 18 Juta Ton Emas di Papua Diduga Dikuasai Pejabat Tinggi Jakarta

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

lognews.co.id, Jakarta – Aktivis HAM sekaligus pendiri Lokataru, Haris Azhar, kembali melontarkan tudingan serius terkait Papua. Dalam podcast bersama pakar hukum tata negara, Refly Harun, 1 Haris mengungkap hasil investigasinya di Intan Jaya, Papua, yang mengindikasikan adanya penguasaan cadangan emas hingga 18 juta ton oleh "pejabat tinggi Jakarta". (10/6/25)

Haris mengklaim bahwa data profesional menyebutkan ada 8,1 juta ton emas di satu gunung besar di Intan Jaya, yang merupakan bagian dari urat emas Pegunungan Tengah . Ia mengklaim telah memverifikasi informasi ini dengan sejumlah pejabat di Papua, yang menyatakan bahwa pengelolaan emas tersebut dikendalikan oleh "pejabat tinggi Jakarta" .

Meski tidak menyebutkan nama secara langsung, Haris mengisyaratkan bahwa proyek-proyek eksploitasi di Papua kini dikuasai oleh pihak swasta dan elite tertentu yang memanfaatkan Undang-Undang Cipta Kerja. "Cipta Kerja itu sudah selesai di atas kertas. Tapi bagi masyarakat Papua, mereka hanya ditinggalkan dan dipinggirkan," tegasnya.

Haris juga menyoroti dampak sosial dari proyek pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat adat Papua. “Mereka yang hidup secara adat di hutan, justru terusir karena proyek sawit dan tambang. Mereka bukan anti-modern, tapi punya cara hidup sendiri yang bahagia dan mandiri,” ujarnya. Ia mengkritik narasi pemerintah yang memaksakan definisi kemajuan sebagai pembangunan infrastruktur.

Dalam kesempatan yang sama, Haris menyampaikan bahwa trauma terhadap aparat militer masih kuat di kalangan warga Papua. Ia menyinggung kasus terbunuhnya pendeta Yeremias Zanambani. Refly Harun menimpali bahwa dugaan konflik kepentingan antara kekuasaan dan pemodal dalam penguasaan Papua bukanlah hal baru.

Haris menambahkan bahwa akar konflik Papua sebenarnya sudah dipetakan oleh LIPI dan Jaringan Damai Papua (JDP), tetapi temuan ilmiah itu tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah. Ia juga mengkritik orkestrasi pembusukan terhadap tokoh-tokoh seperti Benny Wenda dan Veronica Koman. (Aries-untuk Indonesia)