lognews.co.id, Indramayu - Petani yang tergabung dalam P3KPI (Paguyuban Petani Penyangga Ketahanan Pangan Indonesia) tegaskan kesanggupannya dalam menjalankan program presiden Prabowo Subianto untuk swasembada pangan dimulai dari memanfaatkan potensi lahan persawahan Indramayu untuk menyangga pangan nasional bahkan dunia.
Para petani anggota P3KPI saat melakukan talkshow bersama wartawan senior HA Nasution, menceritakan hubungan saling kebermanfaatan masyarakat setempat dengan Ma'had Al-Zaytun dengan tunjuk ajar Syaykh Panji Gumilang yang serius memerhatikan pemakanan para santri dan Civitas Ma'had Al-Zaytun.
Dengan bekerjasama berskala besar, para petani mengaku sangat terbantu karena bisa memutus mata rantai ketergantungan kepada tengkulak karena dukungan dari P3KPI, Ma'had Al-Zaytun yang mampu menyediakan sarana produksi termasuk menyiapkan bibit hingga proses panen.
Rasa optimis para petani dihadapkan pada kebijakan impor yang terus menerus dilakukan dan memberatkan para petani, karena akan membuat harga anjlok dan mengganggu kebutuhan dapur mereka.
"Impor gak kira kira, turunnya anjlok, tengkulak bilang entar dulu harga belum stabil, lagi bagi bagi beras dikota" ujar pak Ramin menceritakan kondisi dirinya sebelum menjadi anggota P3KPI.
Ramin yang sudah meluluskan kuliah dua anaknya, menilai apa yang dilakukan oleh P3KPI sangat serius mengurus pangan Indonesia Raya, dan bersyukur menjadi anggota P3KPI sehingga bisa mengolah lahan yang tadinya dirinya hanya buruh tani, tak pernah membayangkan akan dipinjamkan lahan sawah melalui kerjasama sisten paron yang diterapkan Ma'had Al-Zaytun, membuatnya tenang karena aman dari tengkulak sebab hasil panen langsung dikirim ke Ma'had Al-Zaytun.
Ramin adalah warga Tanjung Kerta yang kini berusia 65 tahun, dan barusaja Ia dan anggota P3KPI lainnya melakukan penandatanganan kesepakatan bersama pada tanggal 3/11/2024, untuk menggarap lahan yang disediakan Ma'had Al-Zaytun. Dirinya mengaku setia hanya urus pertanian di daerahnya saja, sama sekali tidak punya niatan kemana mana, apalagi ke kota Jakarta.
Hal yang sama diungkapkan Sukino asal petani asal Tanjung Reta, mencurahkan isi hatinya ketika sebelum dirinya bergabung menjadi anggota P3KPI dari menjadi kuli (buruh tani) kini mencari kuli untuk menggarap lahan yang dikerjasamakan dengan Ma'had Al-Zaytun.
"Alhamdulilah saya kuli dulu, enggak punya lahan, kadang gak kerja, Alhamdulillah traktor sudah beli, motor
sudah punya, yang baru juga ada karena padi sekarang harga mahal padinya bagus, mungkin tahunnya" kata Sukino.
Genap sepuluh tahun menjadi anggota P3KPI, Sukino tercatat sudah 24 kali menggarap lahan persawahan dengan memilih lahan yang menurutnya bagus dan sempat berpindah lokasi tiap tahunnya mulai dari Erpah, Wikend, Andalus deket Al-Zaytun, Kroya, dan berpindah lagi hingga sekarang sudah tiga tahun menggarap 6 bahu lahan sawah di Sukamelang yang mampu menghasilkan 6 ton gabah kering perhektarnya, dimusim panen sebelumnya dirinya mampu mencapai 35 ton lebih.
Sukino mampu menerapkan pola pemupukan yang efisien dengan menambah atau mencampur pupuk yang diberikan oleh Ma'had Al-Zaytun sehingga dapat mempertahankan hasil yang berkualitas.
"Disini belum pernah lima ton kebawah, lahannya spesial fix satu, resepnya kalau pupuknya itu itu aja, Saya beli lagi, Oh pake itu ! Saya tambah lagi, hasilnyakan lebih tinggi kualitasnya malah lebih bagus" tukas Sukino.
Sementara itu, Wanto pemuda yang berdomisili di Sukaselamet sudah sudah 12 tahun bergabung menjadi anggota P3KPI sejak tahun 2012 lalu, menyampaikan harapannya kepada presiden Prabowo Subianto untuk memerhatikan nasib petani Indramayu yang mayoritas rakyatnya tujuh puluh hingga delapan puluh persen menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.
"Perhatikan nasib kita petani Indramayu yang 70 % - 80 % mengandalkan pertanian, lindungi fasilitas dan hak petani kemudahan dan ketersediaan pupuk, tingkatkan harga padi dan sayuran, lindunginya seperti itu" kata Wanto.
Wanto menyayangkan anak muda yang sudah tidak lagi membantu ayahnya ikut bertani, menurutnya karena malu.
"Mungkin sebagian menganggap petani itu kotor, merugi, kepanasan kehujanan, maka cari tenaga kerja sulit dan jarang sekarang yang muda" tukas Wanto.
Menjadi kesan yang mendalam sebelum wabah Covid - 19 melanda Indonesia Raya dirinya sering berdialog meminta masukan Syaykh Panji Gumilang agar padi yang dikelolanya mampu berproduksi maksimal.
Kata kata dari Syaykh Panji Gumilang selalu diingat Wanto saat dirinya dipesankan bahwa bertani harus semangat, jangan sembrono, jangan pernah menyerah, jangan gengsi jadi petani" ujar Wanto
Wanto mengaku sebagai petani dirinya dan rekan rekan P3KPI sanggup mengolah lahan persawahan dimanapun bila ditunjuk Prabowo agar Indonesia Raya tidak lagi impor beras tiap tahunnya, petani Indramayu sangat banyak dengan potensi lahan persawahan yang luas di Indramayu, membuatnya sanggup mencukupi kebutuhan beras nasional, Wanto yakin bisa swasembada pangan jika pemerintahan yang baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo mencontoh Syaykh Panji Gumilang.
"Indramayu memiliki lahan banyak dan luas, pemerintah siapkan lahannya saja petani itu banyak, petani sanggup kalau punya koperasi desa diwilayah petani" kata Wanto.
Sebelumnya melalui dzikir Jum'at Syaykh Panji Gumilang mengingatkan agar seluruh kesepakatan petani dengan P3KPI untuk dirampungkan semua, termasuk kebijakan pemerintah yang hingga saat ini belum mengeluarkan pupuk subsidi untuk Ma'had Al-Zaytun, padahal Indramayu sudah memasuki musim tanam.
"Selanjutnya didaerah kita bulan November banyak turun air dari langit, semuanya hubung kait pertanian selesaikan, semua perjanjian petani dengan P3KPI" pesan Syaykh Panji Gumilang (8/11/2024).
Usaha P3KPI dalam menyukseskan pangan nampaknya perwujudan ketahanan pangan tidak dibarengi dengan haknya untuk mendapatkan subsidi pupuk, padahal para petani menganggap pupuk sebagai ruhnya petani, maka tidak boleh dibatasi.
Kemudian Syaykh Panji Gumilang mengajak ustadz yang mengajarkan Green Economy di ekstrakurikuler pertanian harus serius dengan menghitung dan mencatat sebagai bahan penelitian oleh santri Ma'had Al-Zaytun kelas XI, mengenai kapan waktu pengolahan lahan, bidang pertanian catat kapan, berapa bibit disebar, dan dibiasakan dihitung.
(Amri-untuk Indonesia)