lognews.coid, - Cara orangtua dalam membesarkan dan mendidik anak sangat dipengaruhi oleh budaya, selain faktor pendidikan dan lingkungan sosial. Budaya menjadi aspek yang dominan karena diwariskan dari generasi ke generasi. Maka tak heran, pola asuh di setiap negara pun berbeda-beda, mencerminkan nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat setempat.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini beberapa contoh pola asuh dari berbagai negara:
Jepang
Di Jepang, orangtua sangat mendorong anak-anak untuk mandiri sejak usia dini. Anak-anak di sana biasa naik transportasi umum sendiri saat pergi dan pulang sekolah. Dalam salah satu acara televisi Jepang, terlihat anak-anak berusia 7 hingga 11 tahun belanja ke toko tanpa didampingi orang dewasa.
Bahkan anak usia 4 tahun pun sudah terlihat naik kendaraan umum sendirian. Di rumah, mereka juga dilatih bertanggung jawab, seperti menyelesaikan PR dan menyiapkan perlengkapan sekolah secara mandiri.
Norwegia
Orangtua di Norwegia cenderung mengajak anak-anak aktif bermain di luar rumah, bahkan saat musim dingin sekalipun. Pola asuh ini mendorong anak agar tumbuh sehat dan dekat dengan alam.
China
Mirip dengan Jepang, orangtua di China mengajarkan anak untuk bertanggung jawab sejak kecil. Anak-anak diberi tugas dan tanggung jawab sesuai usia mereka.
Menurut penelitian dari Universitas Illinois, tanggung jawab adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam keluarga di China.
Meski terkesan tegas—bahkan memberikan hukuman jika anak mendapat nilai A minus—cinta tetap menjadi dasar dari pola asuh mereka. Teguran dan kritik tajam biasa diberikan sebagai dorongan untuk anak agar terus berusaha dan tidak mengecewakan orangtua.
Belanda
Orangtua di Belanda lebih memprioritaskan kebahagiaan anak dibanding prestasi akademik. Mereka membiarkan anak berkembang secara alami dan fokus pada keseimbangan antara istirahat, nutrisi, serta lingkungan yang mendukung tumbuh kembang.
Menurut profesor Sara Harkness dari University of Connecticut, pendekatan ini membuat anak-anak Belanda tumbuh dengan bahagia dan santai.
Republik Dominika
Ibu-ibu di Republik Dominika biasanya tidak membawa bayinya keluar rumah selama bulan pertama setelah melahirkan. Hal ini untuk melindungi bayi dari sinar matahari, cuaca, virus, dan bahkan dari energi negatif. Bila harus pergi keluar, bayi akan dipastikan dalam kondisi sangat terlindungi.
Guatemala
Ibu-ibu suku Maya di Guatemala memiliki tradisi memandikan bayi mereka dengan air dingin. Mereka percaya bahwa cara ini membantu menurunkan panas tubuh bayi dan membuatnya tidur lebih nyenyak.
Swedia
Saat bayi sulit tidur, orangtua di Swedia memiliki cara unik: meniup dan menepuk pelan pantat bayi secara berirama. Ritual ini memberikan rasa nyaman yang membantu bayi tertidur lebih cepat dan nyenyak sepanjang malam.
Denmark
Di Denmark, bayi sering ditinggalkan tidur di luar ruangan—bahkan saat orangtuanya sedang bersantai di dalam kafe. Praktik ini diyakini bisa membuat bayi tidur lebih pulas, makan lebih lahap, dan jadi lebih waspada setelah bangun tidur. Dewan Kesehatan Nasional Denmark pun menyarankan kebiasaan ini sebagai bagian dari pola asuh yang sehat.
Filipina
Di Filipina, ibu-ibu biasa menidurkan anak mereka dengan duyan, sejenis ayunan tradisional dari anyaman kayu. Ayunan ini diayun lembut hingga anak tertidur.
Malaysia
Di Malaysia, ibu yang baru melahirkan menjalani masa pantang selama 44 hari. Selama masa ini, mereka menjalani berbagai perawatan seperti pijat batu panas dan lulur tradisional untuk menjaga kesehatan tubuh dan kecantikan. Bahkan, beberapa ibu menyewa jasa bidan untuk terapi khusus setelah melahirkan.
Inggris
Bayi berusia lima bulan ke atas di Inggris biasanya sudah tidur di kamar terpisah dari orangtuanya. Untuk memberikan kenyamanan, orangtua menempatkan boneka beruang besar di kamar bayi. Pola tidur mandiri ini juga diterapkan oleh banyak keluarga di negara Barat lainnya.
Italia
Di Italia, anak-anak diperbolehkan minum anggur saat makan malam dalam porsi kecil bersama keluarga. Dengan kebiasaan ini, mereka diajarkan untuk mengendalikan konsumsi alkohol secara bijak, bahkan lewat kurikulum sekolah.
Selain itu, anak-anak juga bebas menentukan waktu tidur mereka tanpa aturan ketat dari orangtua.
Setiap pola asuh memiliki keunikan, nilai, dan tujuan masing-masing. Ada yang tegas dan terstruktur, ada pula yang fleksibel dan berorientasi pada kebahagiaan. Orangtua bisa menerapkan satu pendekatan tertentu atau menggabungkan beberapa pola sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak serta kondisi keluarga. Yang terpenting, pola asuh tersebut harus mendukung tumbuh kembang anak secara optimal—baik secara fisik, emosional, maupun sosial. (sahil untuk Indonesia)