lognews.co.id — Makanan sering kali dianggap sebagai bagian dari budaya dan identitas suatu negara. Namun, yang dianggap lezat dan biasa dikonsumsi di satu tempat, bisa jadi merupakan hal yang terlarang di tempat lain. Faktor kesehatan, agama, adat, hingga perlindungan lingkungan menjadi alasan utama mengapa beberapa makanan dilarang di negara tertentu.
Uniknya, Indonesia negara yang dikenal dengan keragaman kulinernya—juga termasuk salah satu negara yang punya larangan terhadap makanan tertentu, walau dalam konteks budaya lokal. Berikut ini adalah empat makanan yang dilarang di beberapa negara, termasuk Indonesia, lengkap dengan alasan yang melatarbelakanginya.
1. Keripik dengan Kandungan Olestra – Dilarang di Kanada
Siapa sangka camilan renyah seperti keripik bisa menjadi daftar makanan terlarang di negara maju seperti Kanada? Di negara ini, keripik kentang yang mengandung olestra dilarang beredar. Olestra adalah zat pengganti lemak sintetis yang dikembangkan agar makanan terasa lezat tanpa kandungan lemak tinggi.
Namun, olestra diketahui dapat mengganggu penyerapan vitamin dan zat penting lainnya di dalam tubuh. Selain itu, konsumsi zat ini juga memicu masalah pencernaan, seperti diare atau kram perut. Karena risiko kesehatan tersebut, Kanada memilih untuk melarang peredaran makanan ringan yang menggunakan olestra, termasuk berbagai jenis keripik.
2. Samosa – Dilarang di Somalia
Samosa, makanan ringan berbentuk segitiga yang populer di Asia Selatan dan Timur Tengah, ternyata dilarang di Somalia. Makanan ini biasanya berisi daging, kentang, atau sayuran yang dibungkus dalam adonan tipis dan digoreng hingga renyah.
Namun, kelompok ekstremis Al-Shabaab yang beroperasi di Somalia melarang makanan ini karena bentuk segitiganya dianggap menyerupai simbol keagamaan Kristen, yaitu Trinitas. Pelarangan ini bersifat ideologis dan tidak berkaitan dengan kesehatan, sehingga memunculkan polemik di masyarakat setempat. Padahal di negara lain, samosa justru dianggap sebagai camilan favorit.
3. Kaviar Beluga – Dilarang di Amerika Serikat
Kaviar dikenal sebagai simbol kemewahan dalam dunia kuliner. Tapi tidak semua jenis kaviar bebas dikonsumsi. Di Amerika Serikat, kaviar dari ikan beluga (beluga sturgeon) dilarang karena spesies ini masuk dalam daftar hewan yang terancam punah.
Beluga sturgeon ditemukan di kawasan Laut Kaspia dan Laut Hitam. Penangkapan ikan ini secara berlebihan demi mendapatkan telur ikannya—yang dikenal sebagai kaviar beluga—telah membuat populasinya merosot tajam. Pemerintah AS pun menegakkan kebijakan pelarangan sejak tahun 2005 sebagai bentuk perlindungan terhadap kelestarian spesies.
4. Ikan Lele – Dilarang di Lamongan, Indonesia
Jika negara lain melarang makanan karena faktor kesehatan atau konservasi, larangan mengonsumsi ikan lele di wilayah Lamongan, Jawa Timur justru didasari pada sejarah dan kepercayaan lokal.
Di Desa Madang, Kecamatan Glagah, terdapat larangan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat: pantang memakan ikan lele. Kisahnya berawal dari zaman Walisongo, ketika seorang tokoh bernama Bayapati, utusan Sunan Giri, diselamatkan dari kejaran musuh oleh sekelompok ikan lele. Sejak saat itu, Bayapati dan keturunannya berikrar untuk tidak mengonsumsi ikan tersebut sebagai bentuk rasa terima kasih.
Kepercayaan ini hidup hingga kini. Konon, mereka yang melanggar akan mengalami gatal-gatal atau muncul bercak putih seperti ikan lele. Meski tidak didasarkan pada ilmu medis, masyarakat lokal masih menjunjung tinggi larangan ini sebagai bagian dari adat dan spiritualitas.
Makanan: Lezat Tapi Sarat Makna
Kisah di balik larangan makanan ini menunjukkan bahwa makanan tidak hanya tentang rasa, tapi juga menyangkut nilai-nilai budaya, kesehatan, dan kepercayaan. Ketika kita menyantap suatu makanan, sering kali kita lupa bahwa makanan tersebut bisa membawa cerita panjang dan beragam makna tergantung pada tempat dan waktu.
Jadi, sebelum menikmati hidangan favoritmu di negara lain, pastikan untuk memahami budaya dan hukum setempat agar tidak menyinggung atau melanggar aturan. (sahil-untuk Indonesia)