Lognews201.com, Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan ancaman besar mengintai dunia dalam beberapa waktu mendatang, dan Indonesia dipastikan akan terkena dampaknya dan kemungkinan kerugian yang diderita bisa mencapai Rp.112, 2 triliun pada 2023, dan itu adalah perubahan iklim.
Sri Mulyani dalam acara HSBC Summit 2022, pada Kamis (15/9) menegaskan bahwa Indonesia diperkirakan berpotensi memiliki kerugian ekonomi akibat krisis iklim mencapai Rp112,2 triliun atau 0,5 persen dari PDB pada tahun 2023 atau tahun depan.
Bahkan, PDB Indonesia bisa merugi hingga 45% pada 2030 jika hal ini terus berlanjut. "Potensi kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim ini 0,63% hingga 45% dari PDB pada 2030," kata Sri Mulyani menunjukkan perubahan iklim lebih mengerikan dari pandemi covid-19.
Dirujuk oleh Bendahara negara pada riset yang diterbitkan lembaga asal Swiss pada tahun lalu. Riset tersebut mengatakan, dunia akan kehilangan lebih dari 10% ekonominya apabila kesepakatan Paris tidak terpenuhi pada 2050, dilansir CNBC Indonesia
Meningkatnya frekuensi dan keparahan bencana alam menurut Sri Mulyani, tidak terlepas dari perubahan iklim yang memperkuat argumentasi bahwa ini harus menjadi perhatian global dan telah menunjukkan potensi gangguan yang nyata bahkan merusak kemajuan dalam pembangunan ekonomi
Sri Mulyani mengatakan, sejumlah indikator perubahan iklim seperti emisi gas rumah kaca, hingga tinggi permukaan laut sudah menjadi 'alarm' keras untuk setiap negara melakukan mitigasi agar dampak perubahan iklim dapat diatasi.
Sri Mulyani mencontohkan, pada periode 2010 hingga 2018, emisi gas rumah kaca sudah naik hingga 4,3% per tahun. Selain itu, suhu rata-rata saat ini meningkat 0,03 derajat celcius yang akhirnya juga berpengaruh ke Indonesia.
Mantan pejabat Bank Dunia tersebut mengatakan akibatnya permukaan air laut di Indonesia rata-rata naik 0,8-1,2 sentimeter per tahun. Anda bisa melihat, di bukan bagian dari pulau Jawa, banyak kota yang tenggelam.(Dunkz)