PEMILU
Tuesday, 17 June 2025

1 dari 2 Masyarakat Indonesia Alami Masalah Gigi dan Mulut, Hipertensi dan Diabetes Masih Jadi Ancaman

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id, Jakarta – Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 12 Juni 2025 mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai kondisi kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah menjangkau hampir 9 juta penduduk di 38 provinsi, ditemukan bahwa 1 dari 2 peserta mengalami masalah gigi dan mulut, sementara 1 dari 5 peserta menderita hipertensi dan 5,9% mengidap diabetes melitus.

Masalah gigi dan mulut yang meliputi gigi berlubang, gigi goyang, hingga gusi turun menjadi masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan, bahkan melebihi kasus hipertensi. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan keprihatinannya atas data ini. “Saya kaget ketika melihat datanya. Sekitar 50% masyarakat usia 0–60 tahun mengalami gigi berlubang, 37% kehilangan gigi, dan 12,4% mengalami masalah gusi,” ujarnya saat pelantikan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) periode 2025–2030 di Jakarta, Sabtu (14/6/25).

Selain masalah gigi, penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes juga menjadi perhatian serius. Data menunjukkan 1 dari 3 orang usia di atas 40 tahun mengalami hipertensi, dan 1 dari 10 mengidap diabetes. Obesitas sentral juga menjadi masalah yang mengkhawatirkan, dengan prevalensi mencapai 50% pada perempuan dan 25% pada laki-laki, diukur dari lingkar pinggang lebih dari 80 cm untuk perempuan dan 90 cm untuk laki-laki.

Menkes Budi menegaskan bahwa hipertensi, diabetes, dan obesitas merupakan faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke, yang menjadi penyebab kematian nomor satu dan dua di Indonesia. Oleh karena itu, ia mendorong penguatan layanan kesehatan gigi secara menyeluruh, mulai dari edukasi sejak dini hingga pemerataan tenaga medis ke seluruh pelosok negeri.

“Penting sekali pendekatan promotif dan preventif melalui edukasi sejak dini. Kami sudah berbicara dengan Kementerian Pendidikan agar materi kesehatan gigi dimasukkan dalam kurikulum wajib di PAUD, TK, dan SD. Anak-anak harus belajar menyikat gigi yang benar sejak dini,” tambah Menkes.

Menkes juga mengajak masyarakat untuk membiasakan pemeriksaan gigi setiap enam bulan dan mendorong peran aktif dokter gigi sebagai edukator yang ramah dan dekat dengan anak-anak. Kementerian Kesehatan meminta PB PDGI menyusun standar layanan dasar kesehatan gigi di Puskesmas, mencakup pemeriksaan, penambalan, perawatan akar, pencabutan, perawatan gusi, hingga penyediaan gigi palsu bagi lansia.

Ketua Umum PB PDGI, drg. Usman Sumantri, menyambut baik arahan Menkes dan menegaskan komitmen organisasi untuk memperkuat peran dokter gigi, terutama di layanan primer. Saat ini, Indonesia memiliki 53.886 dokter gigi, namun hanya 699 di antaranya adalah dokter spesialis. Artinya, satu dokter spesialis harus melayani sekitar 62.000 penduduk.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sebanyak 56,9% penduduk usia di atas tiga tahun mengalami masalah gigi dan mulut, dengan 88% di antaranya menderita karies. Sayangnya, hanya 6,2% masyarakat yang menyikat gigi dengan benar. “Artinya, hanya satu dari 16 orang yang menyikat gigi secara benar,” jelas drg. Usman.

PDGI juga memberikan sejumlah masukan kebijakan, termasuk penempatan dokter gigi di Puskesmas, penguatan peralatan seperti rontgen gigi dan scaling dasar, serta pengembangan program edukasi dan pencegahan sejak usia sekolah. Saat ini, masih ada 26,8% Puskesmas yang belum memiliki dokter gigi.

Dalam hal pembiayaan, PDGI mengapresiasi upaya Kemenkes memperluas cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk layanan gigi. Berdasarkan data BPJS 2022, kunjungan layanan gigi mencapai lebih dari 11 juta dengan estimasi biaya sebesar Rp1,2 triliun pada 2030. “Padahal yang terlayani baru sekitar 10% dari mereka yang membutuhkan. Kalau layanan gigi lebih luas terjangkau, tentu ini akan berpengaruh besar terhadap beban biaya dan kualitas hidup masyarakat,” tambah drg. Usman.

Sebagai penutup, PDGI mendorong perluasan program beasiswa LPDP afirmasi bagi calon dokter gigi dan spesialis agar kebutuhan sumber daya manusia di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan dapat segera terpenuhi. “Kami siap berkontribusi penuh dalam semua program Kemenkes. Komitmen kami adalah memastikan masyarakat Indonesia mendapatkan layanan kesehatan gigi dan mulut yang merata, berkualitas, dan berkelanjutan,” pungkas drg. Usman. (Amri-untuk Indonesia)