Disarikan dari Khutbah 'Id Adha 1446 H. Syaykh Al-Zaytun, AS. Panji Gumilang
oleh Ali Aminulloh
Pendahuluan
Khutbah Idul Adha 1446 H oleh Syaykh Panji Gumilang mengangkat isu krusial mengenai transformasi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam konteks menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Khotib menyampaikan bahwa ini adalah hari Jumat dan juga Hari Raya Idul Adha, di mana sidang berjamaah, Jumat, dan Hari Raya menjadi satu dengan satu khutbah. Pesan kaum sufi menyatakan bahwa hari raya bukan hanya tentang mengenakan pakaian baru, melainkan tentang peningkatan ketaatan (ithoah) terhadap janji, penunaian program, dan cita-cita yang diemban. Makna ini menegaskan bahwa jiwa harus selalu mentaati apa yang diucapkan dan diprogram, sehingga perjalanan dan gerakan hidup menjadi nyata, terukur, dan terlihat langkah serta pencapaiannya dari hari ke hari. Pesan ini relevan dengan pembahasan Syaikh mengenai pendidikan, di mana pengorbanan yang mendalam diperlukan untuk memajukan sektor ini.
Pada momen Bakti Qurban tahun ini, tercatat sebanyak 5.962 orang yang akan menerima daging Qurban dan kawan daging yaitu beras. Jumlah ini tersebar dari Indramayu sampai ke Cirebon, Jawa Timur sampai Gresik, dan Banten sampai di Pandeglang, khususnya Menes, serta Jawa Barat sampai ke Bandung. Jumlah hewan kurban yang disiapkan terdiri dari 35 kepala sapi, 52 kepala kambing, dan 124 kepala domba, sehingga total 211 kepala hewan kurban yang disiapkan. Jumlah beras yang diterimakan berjumlah 19 ton 80 kilogram. Diperkirakan daging akan didapat rata-rata 1,8 kilogram per orang, dan beras masing-masing 5 kilogram. Namun yang menerima beras hanya 3.816 orang, sekitar 50 persen penerima daging lainnya tidak menerima beras. Data qurban ini menjadi representasi nyata dari ketaatan sosial dan pengorbanan, yang sejalan dengan urgensi pengorbanan untuk memajukan pendidikan.
Khutbah ini menyoroti urgensi perubahan radikal dalam sistem pendidikan untuk menghasilkan generasi unggul yang mampu bersaing di kancah global dan memajukan bangsa. Meskipun bertepatan dengan Hari Raya Qurban, khutbah ini secara khusus membahas pendidikan sebagai fondasi utama kemajuan bangsa, memberikan kritik terhadap kondisi pendidikan saat ini, menguraikan visi masyarakat 4.0 hingga 6.0, serta menawarkan solusi strategi melalui model pendidikan berasrama dengan sinkronisasi L-STEAM dan pendekatan Novum Gradum.
Kritik terhadap Pendidikan Indonesia Saat Ini
Dalam menyambut tahun emas 2045, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam dunia pendidikan. Sistem yang ada belum sepenuhnya mampu membangun generasi unggul yang siap menghadapi tantangan dunia global hari ini. Beberapa kelemahan yang diidentifikasi meliputi:
1. Kesenjangan Akses Pendidikan:
Khususnya bagi masyarakat di daerah atau pulau terpencil. Indonesia, sebagai negara yang sangat khusus di permukaan bumi ini dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dan terpencar di puluhan ribu pulau, memiliki tantangan unik dalam pemerataan infrastruktur pendidikan. Akses pendidikan yang memadai masih belum tersedia di 6.000 pulau yang dihuni.
2. Kualitas Pendidikan Belum Merata:
Kesenjangan akses ini menyebabkan disparitas kualitas pendidikan yang sangat jauh antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
3. Minimnya Integrasi Pendidikan dengan Kebutuhan Industri Global:
Pelajar yang dihasilkan oleh pendidikan Indonesia tidak mampu tampil untuk dunia kerja global atau dunia industri global. Akibatnya, lulusan seringkali kurang siap menghadapi dunia kerja.
4. Pendekatan yang Kurang Aplikatif:
Pendidikan masih terlalu berorientasi pada teori dengan minimnya implementasi nyata di lapangan.
5. Kurangnya Pemerataan Akses:
Putra-putri di daerah tertinggal belum mendapatkan fasilitas dan tenaga pendidik yang memadai, sehingga kesenjangan pengetahuan semakin melebar.
6. Belum Adanya Model Pendidikan yang Menyiapkan Generasi Berkarakter dan Inovatif:
Pendidikan saat ini belum sepenuhnya membentuk pemimpin yang berkarakter, mandiri, dan siap menghadapi tantangan dunia modern.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Indonesia akan semakin tertinggal dalam peta persaingan global. Oleh karena itu, diperlukan transformasi pendidikan yang radikal, bukan hanya perbaikan sistem lama, tetapi penciptaan pendekatan baru yang mampu melahirkan generasi unggul. Bangsa Indonesia mempunyai hak untuk merancang dan menyampaikan kepada pemegang kebijakan mengenai pendidikan baru yang tidak hanya menjawab kebutuhan nasional, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perubahan dunia.
Menuju Masyarakat 6.0: Visi Revolusi Pendidikan
Khutbah ini mengajak untuk melihat pergeseran peradaban manusia yang terus mengalami perubahan besar, dari Masyarakat 4.0, 5.0, hingga inisiasi Masyarakat 6.0.
1. Masyarakat 4.0:
Ditandai oleh Revolusi Industri 4.0 dengan dominasi teknologi seperti AI (Artificial Intelligence), IoT (Internet of Things), dan otomatisasi. Tantangannya adalah ketimpangan akses teknologi dan pendidikan.
2. Masyarakat 5.0:
Konsep ini merupakan respons terhadap era digitalisasi, diperkenalkan oleh Jepang, di mana teknologi dikembangkan untuk kesejahteraan manusia, bukan sekadar untuk industri. Fokus utamanya adalah keselarasan antara inovasi dan kehidupan sosial.
3. Masyarakat 6.0:
Indonesia tidak boleh berhenti di era 5.0. Masyarakat 6.0 diinisiasi dengan pendidikan sebagai fondasi utama dalam menciptakan generasi yang beretika, berkarakter, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Masyarakat 6.0 berorientasi pada keadilan sosial, keinginan lingkungan, dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab, memastikan bahwa setiap individu memiliki akses yang sama terhadap ilmu dan kesempatan berkontribusi bagi negara dan kemanusiaan. Visi Masyarakat 6.0 ini diharapkan dapat dimulai pada tahun 2045 dengan program pendidikan yang diusulkan.
Strategi Solusi: Pendidikan Berasrama, Kurikulum L-STEAM, dan Pendekatan Novum Gradum
Untuk menjawab tantangan pendidikan dan mewujudkan Indonesia modern yang berdaya saing, Syaykh AS. Panji Gumilang menawarkan solusi transformatif:
1. Pendidikan Berasrama (Pondok Asrama):
Model pendidikan berasrama diusulkan sebagai solusi mendasar untuk seluruh Indonesia. Ini akan menjamin pemerataan akses pendidikan bagi seluruh anak bangsa, baik di kota maupun di pulau terpencil, karena pelaksanaan pendidikan akan berakhir di asrama-asrama besar di tiap daerah. Pendidikan berasrama akan menjadi wajib belajar nasional dengan pembiayaan penuh dari negara. Syaykh menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya raya dan mampu mengalokasikan minimal 30%, bahkan 50%, dari kekayaannya untuk pendidikan, khususnya pembangunan infrastruktur asrama yang bisa diselesaikan dalam waktu 5 tahun.
2. Kurikulum Abad ke-21 Berbasis L-STEAM :
Kurikulum yang diusulkan adalah L-STEAM (Hukum, Sains, Teknologi, Teknik/Rekayasa, Seni/Seni, Matematika) dengan cara novum gradum. Kurikulum ini mengadopsi prinsip-prinsip filsafat pendidikan dari Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Socrates: Menekankan pendidikan berbasis dialog dan pemikiran kritis, di mana siswa diajak untuk bertanya dan menemukan jawaban melalui refleksi yang mendalam. Dalam konteks L-STEAM, ini diterapkan pada Sains untuk mengembangkan pemikiran kritis.
Plato: Mengusulkan pendidikan yang berjenjang. Pendidikan dasar membentuk karakter Pancasila. Pendidikan menengah berpikir logika agar mampu berpikir logis dan tidak mudah percaya pada sesuatu yang tidak logis. Pendidikan tinggi membangun dan menciptakan pemimpin yang bijaksana. Dalam L-STEAM, ini terintegrasi dalam Hukum untuk menanamkan nilai keadilan dan kepemimpinan.
Aristoteles: Menekankan pendidikan berbasis pengalaman, di mana siswa belajar melalui praktik langsung dan observasi terhadap dunia nyata. Dalam L-STEAM, ini diterapkan pada Teknologi untuk mengajarkan inovasi berbasis pengalaman.
Elemen L-STEAM lainnya: Engineering atau rekayasa mendorong solusi kreatif berbasis teknologi. Seni atau seni mengembangkan kreativitas dan kecerdasan emosional. Matematika melatih logika dan analisis dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan Novum Gradum: Novum Gradum sebagai paradigma pendidikan baru, memastikan bahwa pendidikan tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga membentuk karakter dan kepemimpinan yang berorientasi pada etika, minat, dan inovasi sosial. Melalui pendidikan berbasis L-STEAM dan Novum Gradum, Indonesia siap melahirkan generasi emas yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga memiliki integritas kepemimpinan dan jiwa inovatif.
Infrastruktur Pendidikan yang Mendukung
Untuk mewujudkan sistem ini, diperlukan pembangunan asrama besar di 500 daerah yang masing-masing asrama dengan luas lahan 3.000 hektar. Infrastruktur ini akan mencakup fasilitas pendidikan modern yang menjamin pembelajaran berkualitas, laboratorium teknologi dan pusat inovasi untuk mengasah keterampilan siswa, serta sistem pertanian mandiri sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam produksi pangan bergizi. Apalagi seluruh aspek kehidupan akan dipraktikkan di asrama besar yang disediakan oleh negara itu.
Visi Indonesia Emas 2045
Dengan menerapkan transformasi pendidikan yang revolusioner selama dua dekade ke depan, yakni hingga tahun 2045, Indonesia diproyeksikan akan melihat dan merasakan perubahan menjadi:
1. Negara yang sejajar dengan kemajuan global.
2. Masyarakatnya inovatif, berdaya saing, dan sejahtera.
3. Bangsa yang dipimpin oleh warga negara yang berpendidikan tinggi dan beretika.
Syaykh menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak perlu khawatir untuk masuk ke Indonesia modern dan Visi 2045 dengan biaya berapapun, karena negara kita adalah negara yang kaya.
Penutup
Khutbah ini adalah seruan untuk bangsa Indonesia agar berpartisipasi aktif dalam program transformasi pendidikan ini. Optimisme ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dan mampu membiayai program besar ini. Visi 2045 bukan sekedar mimpi, namun cita-cita yang dapat dicapai melalui komitmen dan langkah nyata dalam merevolusi pendidikan. Khutbah ini diharapkan menjadi landasan bagi pembahasan lebih lanjut dan penyusunan buku yang menjabarkan poin-poin penting ini secara lebih detail. (lognews.co.id)