PEMILU
Saturday, 24 May 2025

NOVUM GRADUM: TEROBOSAN KURIKULUM ABAD 21 BERBASIS STEAM, KARAKTER ILAHIAH, DAN KEARIFAN LOKAL

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Al Zaytun – Setiap hari Jumat di Ma’had Al Zaytun menghadirkan suasana pencerahan intelektual dan spiritual. Seperti biasa, selepas Shalat Jumat, Syaykh Al Zaytun menyampaikan pandangan reflektif terhadap dinamika sosial nasional dan global dalam forum dzikir Jumat. Pada Jumat, 9 Mei 2025, Syaykh Panji Gumilang menyoroti momentum penting dalam kehidupan umat beragama dunia, yaitu pelantikan Paus Leo XIV, dan mengaitkannya dengan arah baru pendidikan abad ke-21 melalui gagasan Novum Gradum.

Paus Leo XIV, yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost dari Peru, resmi menjadi Paus ke-267 menggantikan Paus Fransiskus. Dalam taushiyahnya, Syaykh menyampaikan bahwa Paus baru ini tidak hanya memikul tanggung jawab spiritual umat Katolik dunia, tetapi juga meneruskan misi besar Paus Fransiskus dalam membangun jembatan dialog antarumat beragama. Semangat inklusif dan keterbukaan yang diwariskan oleh Paus Fransiskus diyakini akan tetap hidup dan berkembang di bawah kepemimpinan Leo XIV. Bagi Syaykh, nilai-nilai ini sangat relevan dan sejalan dengan spirit pendidikan transformatif abad ke-21 yang tengah diperjuangkan di Al Zaytun. Jumat (9/5/'25)

Pendidikan Tidak Boleh Statis
Syaykh menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh bersifat statis. Kini, saat umat manusia telah menapaki 25 tahun pertama abad ke-21dalam hitungan kalender masehi, dunia pendidikan harus bersiap memasuki fase baru yang lebih inovatif dan berakar pada nilai kemanusiaan dan keilahian. Kurikulum tidak lagi hanya membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum, tetapi justru harus mengintegrasikan keduanya dalam satu kesatuan sistem pembelajaran yang utuh.
Konsep “kurikulum merdeka”, “kampus bedampak” dan konsep “pembelajaran mendalam (deep learning)” adalah bagian dari upaya pembaruan pemerintah dalam bidang pendidikan, tetapi yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita dapat mewujudkan kurikulum abad ke-21 yang relevan, berkarakter dan bermakna. Kurikulum harus bergerak dari kebebasan belajar menuju kebermaknaan, hingga akhirnya mengarah pada penguasaan ilmu yang berpadu dengan nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

Lompatan Baru: Novum Gradum
Dalam konteks itulah Syaykh memperkenalkan konsep Novum Gradum, yang dalam bahasa Latin berarti “jalan baru.” Dalam istilah Arab dapat diterjemahkan sebagai thariqun jadid (jalan baru) atau khutwah al-jadidah (langkah baru). Ini adalah gagasan sistem pendidikan inovatif yang mengajarkan integrasi dalam STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) dan dibingkai dengan pendidikan karakter ilahiah.
STEAM memang menjadi ciri khas pendidikan modern dan kontemporer, namun Syaykh menegaskan bahwa tanpa fondasi karakter yang kokoh, pendekatan sistem ini akan kosong secara nilai dalam kehidupan. Karena itu, Novum Gradum meletakkan karakter sebagai fondasi utama, yang bersumberkan nilai-nilai dan ajaran ilahiyah.
Dalam kerangka ini, karakter atau as-syakhsiyyah dibangun melalui lima pendekatan: Khuluq yang melahirkan nilai-nilai akhlaqiyyah, suluk yang melahirkan seseorang berperilaku, thabi’iyyah yang mencerminkan tabiat, sima yang membentuk identitas dan fitrah menjadi sosok manusia yang utuh.

Pancasila sebagai Fondasi, Bukan Pilar
Lebih lanjut, Syaykh mengingatkan bahwa Pancasila tidak boleh tercerabut sebagai dasar negara dan dijadikan pilar, karena fungsi dasar atau fondasi adalah untuk menopang pilar-piilar yang kokoh, bukan sebaliknya. Dalam konteks pendidikan dengan kurikulum abad 21 yang menuntut fokus pada STEAM maka Al-Zaytun juga menempatkan pentingnya Pancasila sebagai dasar dalam penanaman dan pengembangan nilai-nilai karakter yang senafas dengan nilai-nilai ilahiyah.
Guru sebagai pelaku utama pendidikan tidak hanya dituntut memahami teks-teks dan kandungan pesan Al-Qur’an, tetapi juga mampu mengintegrasikan nilai-nilainya dalam pembelajaran STEAM. Dalam pendidikan siswa juga harus dilatih dengan penbelajaran berbasis projek, siswa dilatih membuat laporan secara komprehensif dari A hingga Z dalam proyek-proyek dan praktek lapangan seperti pertanian, perkapalan dan lain sebagainya menggunakan STEAM dan karakter yang baik.

Seminar dan Inovasi Pelajar
Sebagai bentuk nyata penerapan Novum Gradum, Al Zaytun akan menggelar Seminar Pendidikan pada 25 Mei 2025 dengan nara sumber Prof. Martin Van Bruinessen dari Univerditas Utrecht Belanda. Dalam forum ini, selain menyimak paparan nara sumber, para santri akan mempresentasikan proyek mereka, terutama di bidang pertanian dan perkapalan, kepada publik. Mereka akan menyampaikan hasil riset, rancangan teknis, dan refleksi nilai dalam satu kesatuan karya.

Selain itu, Syaykh juga mendorong diadakannya lomba inovasi teknologi, seperti pembuatan prototipe alat kendali jarak jauh yang dapat dinaiki satu orang. Inisiatif ini sekaligus merespons kegiatan serupa yang dilakukan kalangan pelajar di ITS Surabaya, dan menjadi bentuk pembelajaran berbasis proyek yang nyata dan aplikatif.

Pendidikan Integral dan Transformatif
Melalui pendekatan Novum Gradum, pendidikan tidak lagi dipahami sebatas proses transfer pengetahuan, tetapi sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya: berilmu, berkarakter, dan berbudaya. Inilah wajah pendidikan abad 21 versi Al Zaytun—pendidikan yang kolaboratif, integral, dan berpijak pada nilai-nilai luhur ilahiyah, nilai-nilai kebangsaan dan kearifan lokal.   (Disarikan dari Dzikir Jumat Syaykh Al-Zaytun oleh Ali Aminulloh, Jumat, 9 Mei 2025)