lognews.co.id - Penyakit Legionnaires merupakan salah satu bentuk pneumonia berat akibat infeksi bakteri Legionella. Selain menyerang paru-paru, penyakit ini juga dapat memengaruhi organ lain seperti otak dan sistem pencernaan.
Apa Itu Penyakit Legionnaires?
Legionnaires adalah infeksi paru-paru serius yang disebabkan bakteri Legionella yang masuk ke tubuh melalui inhalasi percikan air atau kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi. Dalam beberapa kasus, bakteri ini juga memicu Pontiac fever, penyakit mirip flu yang biasanya sembuh sendiri. Namun, jika tidak ditangani dengan cepat, infeksi Legionella dapat berakibat fatal.
Penyebab
Bakteri Legionella pneumophila menjadi penyebab utama Legionnaires. Dari sekitar 60 spesies Legionella yang diketahui, 20 di antaranya dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Bakteri ini dapat bertahan di air atau tanah, namun lebih sering berkembang di sistem air buatan seperti instalasi perpipaan dan pendingin udara.
Penularan umumnya terjadi melalui:
* Menghirup uap air yang terkontaminasi, misalnya dari shower, hot tub, keran, kolam renang, pelembap udara, atau menara pendingin.
* Aspirasi, yaitu masuknya cairan ke paru-paru saat seseorang tersedak.
* Kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi.
Faktor risiko meliputi usia di atas 50 tahun, perokok aktif atau mantan perokok, daya tahan tubuh lemah (misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, penyakit ginjal, atau hati), penyakit paru kronis, riwayat rawat inap, operasi dengan anestesi, transplantasi organ, dan konsumsi alkohol.
Gejala
Tanda-tanda penyakit biasanya muncul 2–10 hari setelah infeksi, menyerupai pneumonia pada umumnya. Gejalanya antara lain:
* Sakit kepala
* Nyeri sendi dan otot
* Demam tinggi (39–41°C)
* Batuk berdahak, kadang bercampur darah
* Sesak napas
* Nyeri dada
* Mual, muntah, diare
* Kelelahan dan hilang nafsu makan
* Kebingungan
Diagnosis
Karena gejalanya mirip pneumonia, diagnosis memerlukan pemeriksaan seperti wawancara medis, pemeriksaan fisik, tes darah, foto rontgen atau CT scan, tes urin untuk mendeteksi Legionella, kultur dahak, bronkoskopi, hingga pengambilan cairan di sekitar paru (torasentesis).
Pengobatan
Legionnaires diatasi dengan antibiotik seperti azitromisin, levofloksasin, siprofloksasin, moksifloksasin, doksisiklin, atau rifampisin. Pada kasus berat, pasien memerlukan oksigen tambahan atau ventilator mekanis, serta perawatan di rumah sakit.
Komplikasi
Jika tidak ditangani segera, penyakit ini dapat memicu gagal napas, gagal ginjal akut, radang otak, penumpukan nanah di rongga pleura (empyema), radang jantung, kerusakan otot (rhabdomyolysis), koma, syok septik, hingga kematian.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak merokok, membersihkan sistem air dan udara secara rutin, menjaga suhu pemanas air minimal 60°C, dan mencegah air meng9genang. Showerhead, keran, pelembap udara, dan hot tub sebaiknya dibersihkan secara berkala dengan disinfektan, sementara AC perlu diservis setidaknya dua kali setahun.
KBBI Terapkan Sistem Manajemen Berbasis AI
lognews.co.id - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikdasmen menyampaikan bahwa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telah menggunakan sistem manajemen kamus berbasis kecerdasan buatan (AI) dalam dua tahun terakhir.
Kepala Badan Bahasa Kemendikdasmen Hafidz Muksin menerangkan, dua tahun belakangan KBBI menggunakan Lexonomy dari Lexicom, khususnya dalam otomatisasi pengumpulan data dan pendefinisian. “KBBI sudah menggunakan sistem manajemen kamus berbasis AI, terutama pada dua tahun ini, yaitu dengan menggunakan Lexonomy dari Lexicom. AI khususnya digunakan dalam otomatisasi pengumpulan data dan pendefinisian,” kata Hafidz di Jakarta pada Jumat (8/8/
Meski telah memanfaatkan AI, Hafidz menegaskan bahwa penyusunan hasil akhir KBBI tetap memerlukan pemeriksaan dan penyuntingan oleh pekamus. “Sistem manajemen kamus memang sangat membantu, tetapi penyuntingan oleh manusia, dalam hal ini pekamus, tetap diperlukan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa pemanfaatan AI dalam pengembangan kamus harus dilakukan secara etis dan adaptif, sehingga tidak hanya menjadi alat bantu, namun juga dapat menjadi medium penyebaran kata-kata positif yang dibangun bersama.
Pernyataan ini disampaikan dalam pembukaan Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) ke-8 pada Kamis (7/8), yang mengangkat tema “Leksikografi dan Kecerdasan Artifisial” sebagai respons terhadap dinamika baru penyusunan kamus di era digital.
Tema besar SLI tahun ini dielaborasi dalam lima subtema, mulai dari kebijakan leksikografi Indonesia, pengembangan sistem manajemen kamus, kamus multilingual, keterkaitan dengan data science, hingga isu terminologi kontemporer. Hafidz menambahkan, SLI tahun ini menjadi bukti bahwa Bahasa Indonesia terus bergerak maju, tidak hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai medium ilmu pengetahuan, identitas, dan penanda kemajuan bangsa. (sahil untuk Indonesia)
Segera konsultasikan dengan dokter spesialis paru apabila mengalami gejala yang mengarah pada Legionnaires untuk menghindari komplikasi serius. (sahil untuk Indonesia)