lognews.co.id,Indonesia – Semangat belajar dan bekerja keras tampak nyata di tengah hamparan sawah di pusat pendidikan berasrama Ma’had Al - Zaytun. Para santri dari ekstrakurikuler pertanian baru saja memanen padi unggul varietas jepun, koshihikari.
Pelajar dalam ekstrakurikuler pertanian bukan sekadar bercocok tanam, tapi juga menjadi bagian dari proses penelitian yang dilakukan langsung oleh para pelajar Al-Zaytun bersama Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang.
Qotrunnada Salsabila, pelajar ekstrakurikuler pertanian kelas XII yang terlibat dalam proses ini menjelaskan padi koshihikari yang dilakukan pemanenan adalah Ratun Padi, yaitu metode budidaya pada tanaman padi yang tidak langsung dicabut setelah panen pertama, melainkan dibiarkan tumbuh tunas baru dari bonggol sisa panen.
“Panen Ratun Padi adalah sistem budidaya yang kami gunakan untuk padi Koshihikari, padi yang sebelumnya kami tanam dari bibit kemudian dilakukan panen pertama kmeudian bonggolnya tumbuh kembali menjadi tunas baru. Nah, tunas inilah yang kami rawat dan panen kembali sebagai Ratun Padi,” jelas Qotrunnada.
Sementara itu, Ridho Khoirul, santri kelas 12 lainnya, menjelaskan bahwa waktu yang dibutuhkan dari panen pertama hingga panen Ratun adalah 113 Hari Setelah Panen (HSP). Selama rentang waktu itu, para santri juga melakukan serangkaian observasi dan pencatatan sebagai bagian dari kegiatan penelitian.
“Jarak antara panen pertama hingga panen Ratun adalah 113 HSP,” jelas Ridho.
Jenis padi Koshihikari, yang dikenal berasal dari Jepang, menjadi objek eksperimen budidaya para pelajar, mereka melakukan penyemaian bibit, nandur, memberikan pupuk organik, menghalau makhluk lain, menjemur padi,menggiling, hingga menumbuk padi dan tercatat dalam penilaian masing masing, dalam prosesnya pelajar ekstrakurikuler pertanian Al - Zaytun selalu menuliskan data harian padi penelitiannya untuk dilaporkan langsung kepada Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang.
Qotrunnada menambahkan bahwa mereka mengembangkan hipotesis panen berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejak hari ke-0 hingga hari ke-113 pasca panen pertama. Parameter yang diamati meliputi jumlah bulir, jumlah malai, tinggi dan panjang malai.
“Hipotesis panen ini kami dapatkan selama penelitian dari 0 HSP hingga 113 HSP. Dari perhitungan jumlah bulir, jumlah malai, tinggi dan panjang malai, hipotesa panen kami mencapai 54%,” terangnya.
Lahan yang digunakan dalam kegiatan panen ini cukup luas, yaitu mencapai 1,6 hektar. Hasil dari panen Ratun ini menjadi bukti nyata bahwa pelajar ekstrakurikuler pertanian di Ma’had Al Zaytun mampu menyongsong Indonesia emas 2045 melalui ketahanan pangan melalui pendidikan yang tertata dalam satu ekosistem pendidikan yang tidak terputus.
Bukan hanya cerdas secara spiritual dan akademik, pelajar ekstrakurikuler pertanian Al-Zaytun juga mandiri dan inovatif dalam bidang agrikultur. Dengan semangat belajar, riset.
Pelajar juga mendapatkan amal baik yang nyata karena mampu mencukupi kebutuhan makanan fungsional dengan memberikan makan 3 kali sehari kepada ribuan penghuni Ma'had Al-Zaytun , pelajar, guru ,dan civitas.
(Difana-untuk Indonesia)