lognews.co.id, Indramayu - Peringatan hari toleransi internasional dengan tema "Melestarikan Budaya Toleransi dan Perdamaian Menuju Indonesia Raya Abadi " bersama para tokoh lintas agama di Masjid Rahmatan Lil Alamin menjadi momentum bahwa Ma'had Al-Zaytun menjadi mercusuar pusat toleransi perdamaian dunia dengan diresmikannya Ensiklopedia toleransi dan perdamaian bernama "Al-Zaytun.org"
"Tatkala ada kata kata toleransi dan perdamaian dikumandangkan serentak kita menyambut, dunia memperingati dan kita bagian daripada dunia selamat memperingati hari toleransi antar bangsa ini" ujar Syaykh Panji Gumilang.
Ensiklopedia tersebut diinisiasi oleh penulis Dr. Haryadi Basko yang berlatar belakang kebudayaan, beserta Drs. Jozep Edyanto S.E. dibidang digital, Pulung W Pinto bidang seni, Yupiter Ome dan Suharmanto dibidang media, melakukan kerjasama berskala besar (KSBB) dengan pihak Ma'had Al-Zaytun.
(Dr. Haryadi Baskoro memperkenalkan inisiator perpustakaan digital dan Ensiklopedia Toleransi dan perdamaian, dilihat dari kiri : Hermanto, Dumari, Alim mewakili Yosef, Dr. Haryadi Baskoro, Haji Kasturi, Pulung)
"Visi menjadi pusat episentrum bukan hal baru, tahun 1994 mengimpertasi sudah diamalkan maka waktunya kita bagikan kepada dunia bukan karena sok hebat tapi karena memang kita sudah belajar, dan proses belajar itu mendorong manusia untuk menjadi ahli, karena sungguh-sungguh mempraktekkan" ujar Hadi Baskoro.
Dalam pidatonya, Panji Gumilang mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran semua peserta dan mengajak untuk bersama-sama memperingati tema tahun ini, yaitu "Menumbuh Kembangkan Budaya Toleransi".
Syaykh Panji Gumilang mengenang lima orang yang dikatakannya sebagai penggerak dikampus Ma'had Al-Zaytun atau persiapan kampus tersebut adalah, seperti saat pembebasan lahan yaitu Haji Sarwani (Alm), dan yang lebih junior sedikit Haji Imam Supriyanto namun tidak berada disekitar kita, dan junior lainnya yaitu Imam Prawoto, Ahmad Zaim Prawiro Utomo, dan Ikhwan Triatmo, yang kemudian dijelaskan oleh Syaykh Panji Gumilang kepada lima tokoh tersebut bahwa tujuan pendirian Ma'had Al-Zaytun adalah menumbuh kembangkan toleransi.
Hal tersebut dicantumkan kedalam poin pertama dalam bunyi visi Al-Zaytun yaitu untuk membumikan nilai-nilai toleransi dan perdamaian yaitu :
"Pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian" yang kemudian saat ini visi tersebut disempurnakan dengan menambahkan frase "Menuju masyarakat sehat cerdas dan manusiawi".
Lebih lanjut, Panji Gumilang menekankan bahwa yang bisa mengembangkan budaya toleransi dan perdamaian adalah orang yang terdidik bukan terpelajar, dan dipraktekkan dalam keseharian bukan diteorikan. Dalam konteks ini, Ia bercerita tentang seorang bernama Abdul Latif yang ikut membangun Ma'had Al-Zaytun ternyata belum memiliki ijazah, kemudian disuruh membaca motto Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan maka Syaykh mengatakan kurang layak kalau akan membangun pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian maka diperintahkan oleh syaykh untuk harus sekolah, lantas pada saat itu dikumpulkanlah guru untuk mendirikan sekolah dewasa untuk orang orang yang membangun Ma'had Al-Zaytun sehingga bisa sekolah pada malam hari usai mengerjakan pembangunan di Ma'had Al-Zaytun hingga kemudian akhirnya Abdul Latif mampu menyelesaikan kejar paket SMP, maka dijawab Syaykh "lanjutkan" dan ketika mendapat S2 dijawab kembali oleh Syaykh "kamu sedikit layak tinggal didalam kampus pusat pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan perdamaian hingga sekarang sedang masuk ke jenjang S3.
Dipaparkan Syaykh Panji Gumilang pada saat Ma'had Al-Zaytun mengenalkan kepada "kawan kawan" mengenai toleransi maka ditanyakan oleh mereka "apa dasarnya?" kemudian direspon oleh Syaykh dengan pertanyaan kembali "anda orang mana?" dijawab Indonesia, lalu ditanya kembali "apa dasar Indonesia ?" Pancasila jawab mereka, menurut Syaykh tanpa harus dicarikan rujukan hingga kemanapun, maka sesungguhnya tidaklah sulit mengartikan apa dasarnya toleransi itu?, toleransi hakekatnya adalah pemahaman keyakinan terhadap dasar negara yang dipraktekkan.
"itu dasar negara, praktekan itu dasar negara, kita toleran" ujar Syaykh Panji Gumilang.
Di Ma'had Al-Zaytun sudah ditanamkan bahwa minoritas itu bukan agama, tetapi minoritas diartikan sebagai orang yang tidak mau memahami dasar negara kita, sehingga di Indonesia, seseorang menjadi tidak toleran karena masih banyak ditemukan minoritas, kemudian dicontohkan Syaykh Panji Gumilang saat temannya yaitu Robin Simanulang mengatakan bahwa saya adalah minoritas maka ditanyakan oleh Syaykh "percaya pancasila?" dijawab percaya, maka ditegaskan oleh syaykh mayoritas.
Syaykh Panji Gumilang juga mengkritik sistem pendidikan yang saat ini terfragmentasi antara Menteri Pendidikan dan Menteri Agama. Ia menyarankan agar pendidikan di Indonesia disentralisasi untuk memastikan kualitas dan kontrol yang lebih baik. Dengan adanya pusat pendidikan yang terintegrasi akan menciptakan generasi muda yang terdidik dan memahami nilai-nilai toleransi.
(Para tamu dari lintas agama merayakan hari toleransi internasional dengan slametan nasi kuning diatas kapal Kayu LKM. K-02. KM. Gunung Pulosari di Eretan Indramayu)
Usai ditandatanganinya prasasti oleh Syaykh Panji Gumilang kemudian lokasi acara berpindah untuk melanjutkan dengan pemberian kata sambutan kepada semua tokoh lintas agama termasuk tamu undangan dari Gresik, kampung Syaykh Panji Gumilang sekaligus slametan dengan makan nasi kuning tumpeng bersama sama dari atas kapal kayu tradisional kontemporer dengan berat 600 Gross Ton lebih bernamakan LKM. K-02. KM. Gunung Pulosari.
Acara diakhiri dengan harapan agar semua peserta dapat menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari dan terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang damai. Dengan semangat kebersamaan, Panji Gumilang mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan visi pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan demi masa depan Indonesia yang lebih baik. (Amri-untuk Indonesia)