Wednesday, 16 July 2025
Previous Next

Sejarah dan Identitas Warga Kudus, Gusjigang "Jembatan Eksistensi Duniawi dan Ukhrowi"

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Kudus - Sebuah kota yang kaya akan sejarah dan warisan budaya, ada falsafah hidup jadi semangat masyarakatnya, GUSJIGANG sebuah konsep yang tidak hanya menjadi "local wisdom" atau kearifan lokal tetapi juga bagian integral dari local culture, menjadi pilar utama ajaran moral dan spiritual yang diwariskan oleh Sunan Kudus (21/1/2024).

GUSJIGANG, yang merupakan akronim dari baGUS akhlaknya (spiritual), pinter ngaji (intelektual), dan terampil daGANG (entrepreneurship), mencerminkan semangat untuk membentuk kepribadian yang mulia, tekun dalam pengembangan intelektualitas, dan memiliki keterampilan berwirausaha. Filosofi ini menjadi pedoman bagi para pengikut Sunan Kudus dan seluruh masyarakat Kudus untuk menjalani kehidupan dengan penuh dedikasi dan nilai moral yang tinggi.

Melalui prinsip GUSJIGANG, Sunan Kudus berhasil memberikan arahan yang mengakar pada nilai-nilai etika dan moral yang dipengaruhi keberadaan Masjid Al Aqsha sebagai sentral kehidupan masyarakat.

 

Prinsip GUSJIGANG tidak lepas dari ikon kota Kudus, Masjid Al Aqsa di Jl. Menara, Pejaten, Kauman, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang dibangun oleh Sunan Kudus, jadi lambang akulturasi budaya dan seni arsitektur yang mencerminkan keberagaman dalam masyarakat menyatu dalam keseharian yang harmonis.

Sejarah dan nilai-nilai GUSJIGANG juga telah memberikan dampak besar pada warga Kudus, khususnya di sekitar Masjid Al Aqsha. 

Prinsip ini membawa kepribadian yang terarah, semangat belajar yang tinggi, dan dorongan untuk berusaha dan berdagang. Semua ini menciptakan suatu identitas bagi masyarakat Kudus, yang membawa nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan.

Dalam konteks ini, pasangan Hj. Alawiyah dan H. Mabruri memilih merintis dan mengembangkan industri jenang, makanan khas Kudus sejak tahun 1910. Dengan dipimpin oleh Generasi Ketiga, Muhammad Hilmy, manajemen MUBAROKFOOD berhasil mempertahankan citra Jenang Kudus MUBAROK sebagai makanan khas Indonesia yang memiliki standar internasional.

Produk-produk dari MUBAROKFOOD tidak hanya merajai pasar lokal tetapi juga berhasil merambah ke mancanegara, membawa citra dan kearifan lokal Kudus ke tingkat global.

Dengan demikian, filosofi GUSJIGANG tidak hanya menjadi landasan moral dan spiritual, tetapi juga menjadi dorongan untuk berkembang dan berinovasi. Dari Kudus, melalui prinsip GUSJIGANG, masyarakatnya tidak hanya menyapa peradaban dunia, tetapi juga ikut membentuknya dengan kearifan dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. (Jeta)