lognews.co.id, Indramayu - Syaykh AS. Panji Gumilang di Masjid Rahmatan Lil Alamin, Ma'had Al-Zaytun berikan pesan dalam selamatan akhir tahun siswa kelas XII, menekankan pentingnya algoritma pendidikan abad ke-21 dengan perspektif keindonesiaan berdasarkan Pancasila. Beliau yakin pemerintah mampu mewujudkan revolusi pendidikan ini. (17/4/2025)
Budaya Al-Zaytun
Syaykh Panji Gumilang menyoroti budaya berkelanjutan dan inovatif di Ma'had Al-Zaytun, yang tercermin dalam tradisi berpakaian rapih memakai celana panjang lengkap dengan jas saat shalat dan acara resmi maupun dalam kegiatan pendidikan yang sudah praktikkan sejak awal berdirinya Ma'had Al-Zaytun hingga seterusnya.
Dalam mendidik, Syaykh Al-Zaytun, Panji Gumilang mengatakan Ma'had Al-Zaytun tidak mencetak melainkan menghantarkan anak didik untuk hidup dengan dirinya sendiri sesuai dengan zamannya.
Ekosistem Pendidikan.
Dihadapan para alumni Ma'had Al-Zaytun angkatan 21, Syaykh berbagi pengalamannya saat bersekolah berkali kali kehilangan baju baru dikala menjemur pakaian dan merasakan bagaimana pemberontakan bisa timbul dari masalah pemakanan, pengalaman tersebut dimasukan kedalam sensifitas dan dijadikan keilmuan baru sebagai pelajaran betapa pentingnya ekosistem pendidikan yang tidak terputus oleh karenanya dalam ekosistem pendidikan yang tidak terputus guru bukanlah satu-satunya unsur yang memiliki peran, karena ada unsur benda hidup dan benda mati yang saling menyambung dan tidak terputus mencakup kurikulum, dormitory, sarana prasarana, penyedia pemakanan, penyaji pemakanan, lingkungan, kebersihan pakaian (loundry) pendukung kesehatan, olahraga, budaya, seni, termasuk peran keamanan yang selalu menjaga gerbang dan berkeliling didalam kampus Al-Zaytun agar seluruh penghuninya merasakan aman.
(Suasana acara selamatan akhir tahun pelajar Al-Zaytun angkatan XXI di Masjid Rahmatan Lil Alamin pada 17/4/'25)
Pendidikan Terputus
Syaykh menegaskan bahwa pendidikan yang terputus-putus menjadi penyebab berbagai masalah di dunia pendidikan. Beliau menekankan bahwa Al-Zaytun telah menerapkan pendidikan abad ke-21 melalui suplemen "Global Education" yang meliputi "Global Thinking", "Global Setting", dan "Global Solidarity"
Abad 21 memiliki ciri yaitu adanya pengaruh yang kuat terhadap teknologi dan globalisasi sehingga sistem pendidikan abad 21 menjadi hal yang sangat penting dan Syaykh Panji Gumilang mengusulkan kepada pemerintah untuk menyusun kurikulum abad ke-21 yang memahami perubahan global dan mengintegrasikan Sains, Teknologi, Engineering, Art, dan Matematika (STEAM) serta memperkuat cabang ilmu lain.
Gagasan Global Education sudah pernah disampaikan oleh Syaykh Panji Gumilang dalam forum DPR RI bersama dengan pembuat kebijakan pendidikan dari seluruh Indonesia untuk membuat Sisdiknas (sistim pendidikan nasional) dan Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang termasuk dalam undangan namun Syaykh mengatakan pada saat itu semua yang bicara tidak benar benar fokus terhadap frame pembahasan yang digagas Syaykh mengenai Global Education karena tidak ada yang menyimpulkan pandangan mengenai ciri dan karakteristik abad 21.
Indonesia Emas dan mengisi Abad 21
Syaykh menekankan perlunya "frame" abad ke-21 untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Beliau menyebutkan keterampilan abad ke-21 meliputi kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital. Beliau menyayangkan kembalinya sistem pendidikan penjurusa IPA dan IPS, menurut Syaykh prodak pendidikan abad 20 selalu mengajak mundur dibandingkan dengan abad 21 yang perubahannya begitu cepat.
Syaykh menyarankan pemerintah untuk memusatkan pendidikan di 500 titik dengan luas 3.000 Hektare tersentralisasi di tiap kabupaten dengan kurikulum abad ke-21 bisa terwujud dengan pembiayaan infrastruktur melalui partisipasi orang kaya Indonesia atau pinjaman melalui New Bank BRICS, berkaca pada pengalaman Syaykh 26 tahun Al-Zaytun dalam pembangunan dan penyelenggaraannya tidak mengandalkan pemerintah melainkan mengajak wali santri maka Syaykh percaya dalam kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto bisa diwujudkan.
Peta Indonesia 2050
Syaykh memperlihatkan peta rancangan Indonesia tahun 2050 yang diperbaharui pada bulan Juni tahun 2015, yang menghubungkan 6.000 pulau dengan kereta api kilat. Beliau yakin revolusi pendidikan abad ke-21 akan mewujudkan konektivitas.
Syaykh kemudian mengajak alumni angkatan 21 menyanyikan lagu dari Merauke sampai ke Sabang sambil melihat gambar peta yang disetiap pulau dikelilingi garis merah dan pulau saling sambung menyambung menjadi satu seperti Sumatera - Kalimantan - Sulawesi - Maluku - Irian dan lainnya, inilah visi Syaykh untuk Indonesia dan bisa diwujudkan hanya dengan revolusi pendidikan abad 21 yang ditagani oleh pelajar abad 21.
Maka kedepan 350 juta warga Indonesia bisa mengekspor karena ada putra - putri Indonesia yang terdidik dan praktek di 500 titik sentral pendidikan mampu membangun kereta kilat melebihi kereta cepat yang harus mendatangkan orang Tiongkok sebagai pemilik teknologinya, itupun hanya dibeberapa tempat karena tidak merata.
"Tangan anak indonesia terdidik yang mampu menata Indonesia sambung menyambung melalui pendidikan abad 21" terang Syaykh Panji Gumilang.
Sesuai dengan bunyi Undang Undang dasar '45 preambule Indonesia maka Revolusi Pendidikan yang sesuai dengan abad 21 bisa dibangun pemerintah karena Negara memiliki kewajiban untuk mencerdaskan bangsa dengan membangun kurikulum abad 21, ditangani oleh pendidikan dan kurikulum abad 21, namun bila sistem pendidikan masih berdasar pada abad 20 tidak bisa seperti apa yang dicita citakan.
(Presiden pelajar Ma'had Al-Zaytun angkatan XXI menyerahkan jas angkatan untuk Syaykh Panji Gumilang)
Tali Kasih
Di puncak acara selamatan pelajar kelas XII memberikan tali kasih sebesar Rp. 210 juta kepada Syaykh, yang kemudian disepakati untuk digunakan membangun lahan praktik ekstrakurikuler. (Amri-untuk Indonesia)