PEMILU
الإثنين، 16 حزيران/يونيو 2025

“Mengurai Darurat Pendidikan: Gerakan Novum Gradum dari Al-Zaytun”

تقييم المستخدم: 4 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتعطيل النجوم
 

lognews.co.id, Indonesia - Darurat pendidikan bukan lagi sekadar isu, melainkan kenyataan yang dihadapi bangsa ini. Ketimpangan akses, mutu pendidikan yang timpang, serta kebijakan yang belum menyentuh akar masalah menjadi indikator nyata bahwa sistem pendidikan nasional berada dalam titik kritis. Menyikapi kondisi tersebut, Al-Zaytun menggagas gerakan pembaruan yang disebut novum gradum —sebuah terobosan besar dalam pembenahan sistem pendidikan nasional, dimulai dari pelatihan rutin bagi para pelaku didik.

Sebagai bagian dari langkah strategis ini, pada 25 Mei 2025, akan diselenggarakan kuliah umum oleh Prof. Martin van Bruinessen dari Universitas Utrecht, Belanda. Kuliah ini dihadiri oleh pelaku pendidikan Al Zaytun dan akan menghadirkan para wali santri. Agenda ini bukan pertemuan biasa, tetapi menjadi momentum awal dari rangkaian pelatihan sistemik yang akan berlangsung selama satu semester dengan 24 kali pertemuan. Setiap bulan diisi oleh nara sumber tamu. Sehingga dalam satu semester ada 6 narasumber tamu.

Kolaborasi Ilmiah

Rangkaian kuliah umum ini akan berlanjut pada 8 Juni 2025 dengan menghadirkan tokoh pendidikan nasional, Prof. Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dalam setiap bulan, ditargetkan hadir minimal dua narasumber tamu, dengan latar belakang profesor atau ahli di bidang masing-masing. Hal ini ditujukan untuk memperluas wawasan peserta, membandingkan praktik-praktik terbaik pendidikan dunia, serta membuka ruang diskusi menuju reformasi pendidikan yang relevan dan kontekstual di Indonesia.

Menjawab Tantangan Disparitas Pendidikan

Pemerintah saat ini sedang menempuh model “Sekolah Rakyat”, dengan target 200 peserta per kampus dan 1.000 titik pelaksanaan. Artinya, program ini menyasar sekitar 200.000 siswa dari kelompok ekonomi lemah. Namun model ini memunculkan kekhawatiran baru—lahirnya dualisme pendidikan, antara pendidikan untuk orang miskin dan pendidikan untuk kalangan kaya. Dalam jangka panjang, ini bisa melanggengkan ketimpangan sosial dan memperlebar jurang disparitas kualitas manusia Indonesia.

Maka Al-Zaytun menegaskan: reformasi pendidikan tidak boleh menunggu, apalagi ditunda. Harus ada langkah konkret dan berkelanjutan yang menyasar seluruh pelaku pendidikan dari guru, kepala sekolah, pengelola lembaga, hingga pembuat kebijakan.

Tadrib sebagai Jalan Menuju Tajdid

Pelatihan ini mengusung konsep tadrib (pelatihan berkelanjutan), yang ditujukan untuk melahirkan tajdid—yakni inovasi, pembaruan, bahkan revolusi pendidikan. Reformasi tidak cukup dengan mengganti kurikulum atau memperbanyak proyek fisik. Dibutuhkan pembenahan mindset, penyamaan visi, dan penguatan kompetensi para pelaku pendidikan.

Panitia pelaksana tengah menyusun kurikulum pelatihan yang terstruktur dan berdampak nyata. Setiap peserta yang mengikuti pelatihan akan menerima sertifikat resmi, yang hanya diberikan setelah peserta menyerahkan resume tertulis dari materi yang mereka pelajari. Dengan cara ini, peserta tidak hanya hadir pasif, tapi aktif mencerna, menulis ulang, dan merefleksikan pengetahuan yang diterima.

Sertifikat ini akan menjadi dokumen sah dan terdokumentasi, termasuk resume yang menyertainya. Kelak, jika peserta memanfaatkan sertifikat tersebut dalam jenjang karier atau pengabdian pendidikan, dokumen itu akan menjadi rujukan kredibel tentang kompetensi yang telah ditempuh.

Epilog: Menjadi Gerakan Nasional

Program pelatihan ini bukan sekadar acara insidental, tetapi dirancang sebagai fenomena baru dalam pendidikan Indonesia—penanda zaman bahwa bangsa ini tidak tinggal diam dalam menghadapi darurat pendidikan. Dari Al-Zaytun, ide besar novum gradum diluncurkan: bahwa pembaruan pendidikan harus dimulai dari akarnya, dari pelakunya, dari kesadarannya.

Jika darurat pendidikan dibiarkan berlarut-larut, maka 100 tahun Indonesia merdeka akan menjadi cerita kehilangan generasi. Tetapi jika tajdid dimulai hari ini, maka masa depan pendidikan Indonesia akan lahir dari rahim inovasi dan keberanian para pendidik yang bersedia berubah dan membentuk perubahan.

(Disarikan dari Dzikir Jumat Syaykh Al Zaytun, 16 Mei 2025 oleh Ali Aminulloh)