الإثنين، 04 آب/أغسطس 2025

Mitos dan Fakta Bulan Safar

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

lognews.co.id - Sebagian kalangan dalam masyarakat Muslim masih menganggap bulan Safar sebagai masa yang penuh kesialan, musibah, atau bencana. Kepercayaan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, jika dilihat dari sudut pandang ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, pandangan tersebut perlu dikaji ulang.

Pada masa sebelum Islam berkembang, masyarakat Arab meyakini bahwa Safar adalah waktu yang tidak menguntungkan, khususnya untuk melakukan perjalanan jauh atau menyelenggarakan kegiatan penting seperti pernikahan. Warisan kepercayaan ini kemudian tetap hidup di tengah sebagian umat Islam hingga saat ini, dengan banyak orang yang masih menghindari aktivitas besar selama bulan Safar.

Namun, Islam hadir sebagai agama yang menghapus keyakinan irasional dan takhayul semacam itu. Dalam sebuah hadis shahih dari Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menyatakan bahwa tidak ada penyakit yang menyebar tanpa izin Allah, dan tidak ada hal buruk yang berkaitan dengan burung atau bulan tertentu, termasuk Safar. (HR. Bukhari no. 5707, Muslim no. 2220)

Pernyataan Nabi tersebut secara jelas menolak anggapan bahwa bulan Safar mengandung kesialan. Dalam Islam, setiap peristiwa terjadi atas kehendak Allah, bukan karena waktu tertentu yang diyakini memiliki pengaruh buruk.

Dalam salah satu kajiannya di YouTube, Ustaz Khalid Basalamah juga menegaskan bahwa anggapan Safar sebagai bulan celaka merupakan sisa kepercayaan jahiliyah. Menurut beliau, apabila keyakinan ini masih dipertahankan, maka hal itu tergolong sebagai syirik kecil karena telah menggantungkan takdir kepada selain Allah.

Sejalan dengan itu, situs resmi Baznas.go.id menyampaikan bahwa tidak ada dasar hukum Islam yang menunjukkan bahwa Safar adalah bulan sial. Justru, seperti bulan lainnya, Safar dapat diisi dengan amal positif seperti berdoa, bersedekah, dan memperbanyak ibadah sunnah.

Di beberapa daerah, masih dikenal pula tradisi Rebo Wekasan, yaitu hari Rabu terakhir di bulan Safar yang dianggap waktu datangnya bencana. Walau masih dijalankan, para ulama seperti Syaikh Shalih al-Fauzan menegaskan bahwa tidak ada dasar ajaran Islam yang mendukung keyakinan tersebut.

Islam mengajarkan umatnya untuk tidak berprasangka buruk terhadap waktu atau hari tertentu. Dalam sebuah hadis lain, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jangan mencela waktu, karena Allah-lah yang menciptakan waktu." (HR. Muslim no. 2246)

 

Oleh karena itu, bulan Safar seharusnya disambut dengan semangat memperbanyak ibadah, doa, dan amal baik. Setiap hari dalam Islam adalah peluang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. (sahil untuk indonesia)